Laporan Jurnalis TribuneNews.com Reena Ayu
TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Cacar air atau yang dikenal secara medis menyerang anak-anak terutama pada usia sekolah dan sering dianggap sebagai penyakit ringan.
Faktanya, cacar air berisiko menimbulkan komplikasi yang lebih serius, terutama pada bayi, remaja, dewasa, ibu hamil, dan pasien immunocompromised (orang yang memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuhnya).
Beberapa komplikasi tersebut antara lain: Infeksi bakteri pada lesi kulit akibat cacar air – umumnya dialami pada anak-anak; Pneumonia pada orang dewasa atau pneumonia setelah terkena cacar air bermanifestasi pada gangguan sistem saraf pusat, mulai dari peradangan selaput otak hingga pembengkakan otak.
Tingginya kemungkinan penularan varicella dan risiko komplikasi semakin meningkatkan urgensi pencegahan risiko penyakit ini, terutama dengan pemberian vaksinasi varicella.
“Penularan cacar air pada anak paling banyak terjadi di lingkungan sekolah. Misalnya, jika ada anak yang terkena cacar air, maka ia bisa menularkan penyakit tersebut ke anak lain di lingkungan sekolah,” kata dokter spesialis anak dr , SPA. ,
Ia mengatakan penularan cacar air sangat tinggi, mencapai 90 persen.
Artinya, seseorang yang tidak memiliki kekebalan dan melakukan kontak dekat dengan penderita cacar air lebih besar kemungkinannya untuk tertular.
Seseorang yang terkena cacar air dapat menyebarkan virusnya selama 1 hingga 2 hari sebelum ruam muncul, hingga seluruh lesi cacar air mengering.
Varicella ditandai dengan gejala awal berupa demam ringan yang muncul 10 hingga 21 hari setelah terpapar virus varicella.
Setelah 1 hingga 2 hari, muncul ruam merah di dada, punggung, dan wajah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Ruam pada cacar air seringkali terasa gatal dan berkembang dengan cepat, mulai dari tahap awal berupa lesi berwarna merah (flek), kemudian membentuk benjolan (papular) dan akhirnya menjadi berisi cairan (vesikuler) sebelum mengering.
Gejala-gejala ini biasanya berlangsung selama 4 sampai 7 hari sampai semua lesi telah hilang.
Berdasarkan anjuran Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), vaksin cacar air diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu 6 minggu hingga 3 bulan kepada anak usia 12–18 bulan.
Untuk anak-anak berusia 13 tahun ke atas, 2 dosis juga diberikan dengan selang waktu 4 hingga 6 minggu.
Dua dosis vaksin cacar air efektif mencegah cacar air hingga 90 persen dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi.
Pemberian vaksinasi pada anak dapat mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) yang tinggi, sehingga dapat melindungi individu yang rentan dan tidak dapat menerima vaksinasi.
Artinya vaksinasi varicella tidak hanya melindungi individu penerima vaksin, tetapi juga berperan melindungi seluruh masyarakat dari ancaman wabah varicella, tutup dr Ardy.