Laporan jurnalis Tribunnews.com Andrap Pramudias
TribuneNews.com, Jakarta – Keadaan pasar mobil dalam negeri saat ini sedang terhenti. Selama 10 tahun terakhir, penjualannya hanya 1 juta unit per tahun.
Head of Marketing dan Communication PT BYD Motor Indonesia Luther T mengatakan, pihaknya masih memiliki kepercayaan terhadap pasar Indonesia dalam jangka panjang. jawab Panjaitan.
“BYD yakin dengan pasar ini dalam jangka panjang,” ujarnya di ICE BSD Tangerang di Banten, Rabu (17/07/2024).
Menurutnya, melihat kondisi saat ini dan masa lalu, rasanya mustahil menjadikan Indonesia sebagai lokasi manufaktur.
Namun jika dilihat dari jangka panjang, Indonesia sangat ideal sebagai lokasi manufaktur.
“Kalau melihat kondisi saat ini atau masa lalu sepertinya tidak layak. Padahal, jika melihat jangka panjang, pasar Indonesia memiliki potensi besar sebagai basis manufaktur,” kata Luther.
Saat ini BYD berencana membangun pabrik di Subang, Jawa Barat yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2025.
Pabrik yang akan berlokasi di Kawasan Industri Smartpolitan Subang ini ditargetkan mulai berproduksi pada awal tahun 2026.
Luther mengatakan, pihaknya menunggu proses pembangunan dimulai.
“Rencananya tahun 2026 kita mulai produksi. Kemarin kita sudah selesaikan pembelian lahan, sudah rampungkan lahannya dan sekarang kita tunggu proses mulai konstruksinya. Tidak ada kendala dan masih dalam antrean,” ujarnya.
Luther belum bisa memastikan model apa yang akan diproduksi pabrik tersebut.
Namun, dia memastikan mobil listrik akan diproduksi dan model yang saat ini dijual di pasaran akan diusahakan diproduksi secara lokal.
Saat ini BYD Seal, BYD Atto 3 dan BYD Dolphin sudah banyak dijual di pasar Indonesia. BYD M6 dipresentasikan di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) tahun 2024.
Pabrik tersebut menargetkan produksi hingga 150.000 buah per tahun.
Adapun besaran investasi yang dilakukan BYD untuk membangun pabrik ini, Luther belum bisa membeberkannya karena masih dalam tahap perhitungan.
“(Jumlah investasinya) belum bisa diungkapkan karena masih dihitung. Saya kira investasinya sangat besar. Kita bisa menghitungnya setelah kita punya gambaran proses produksinya,” kata Luther.
Penjualan mobil statis
Melansir Kompas.com, pasar kendaraan roda empat atau lebih di Indonesia telah menghadapi tahap jebakan sejuta atau terjebak di angka satu juta unit dalam satu dekade terakhir.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil tidak akan melebihi satu juta unit pada tahun 2023.
Jumlah penjualan mobil tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebanyak 1.229.811 unit.
Pada masa inilah Program Kendaraan Bermotor Hemat Energi dan Terjangkau (KBH2) atau yang dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC) pertama kali diluncurkan. Segmen ini berkontribusi langsung terhadap lebih dari 30 persen penjualan nasional.
Pengamat otomotif sekaligus peneliti senior Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Riento Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) menjelaskan, ada beberapa faktor kunci yang mendasari ketentuan terkait.
Salah satunya adalah kenaikan harga mobil pada periode 2013-2022, namun tidak ada pertumbuhan pendapatan per kapita. Hal ini membuat masyarakat kesulitan untuk memiliki kendaraan baru.
“Kalau dilihat secara empiris, harga semua jenis kendaraan mempunyai pengaruh paling besar. Kemudian pendapatan per kapita, suku bunga pinjaman, nilai tukar, dan harga bahan bakar,” ujarnya, Selasa (9/7/2024) malam di Jakarta.
Pada tahun 2000-2013, pendapatan per kapita dan harga jual mobil tumbuh secara bersamaan. Rento mengatakan, pendapatan masyarakat naik 28,26 persen, sedangkan harga mobil naik 21,23 persen.
“Namun pada periode 2013-2022, pendapatan kita setiap tahunnya hanya meningkat 3,65 persen. Jadi tidak cukup untuk membeli mobil baru (kenaikan harga mobil lebih tinggi) dan akhirnya rata-rata penjualan mobil turun 1,64 persen. ” ” melanjutkan.