TRIBUNNEWS.COM – Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq al-Rabiah difitnah oleh netizen karena melarang slogan solidaritas Gaza di Mekkah selama haji.
Al-Rabiah mengatakan kepada wartawan di Riyadh bahwa “Haji dikenal sebagai salah satu bentuk ibadah,” lapor Middle East Eye.
Jadi kerajaan ingin memastikan “kedamaian” selama ibadah berjamaah.
“Haji adalah untuk ibadah dan bukan untuk slogan-slogan politik, dan para pemimpin kerajaan itu ingin memastikan – bahwa haji mengandung perwujudan tertinggi dari kerendahan hati, ketenangan dan spiritualitas,” jelasnya.
Komentar tersebut memicu kemarahan banyak pengguna media sosial, terutama umat Islam.
Banyak yang mempertanyakan kata-kata yang tidak jelas dalam pernyataan tersebut.
“Islam adalah cara hidup. Tidak ada perbedaan antara Islam politik dan ibadah,” kata salah satu pengguna.
Ada pula yang menekankan bahwa haji adalah waktu untuk merefleksikan esensi menjadi seorang Muslim, termasuk “bekerja melawan penindasan”.
“Dengan bencana besar di Gaza, diamnya rezim Saudi merupakan hal yang menjijikkan bagi umat manusia, apalagi umat Islam,” kata salah satu pengguna.
Beberapa orang menyoroti apa yang mereka lihat sebagai standar ganda dalam instruksi pemerintah Saudi.
Terkait kritik tersebut, analis politik Sami Hamdi mempertanyakan pernyataan Rabiah.
“Apa maksudnya? Jangan membahas genosida di Gaza saat berada di rumah Allah?”
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah Arab Saudi dilaporkan telah meningkatkan serangannya terhadap pengkritik Israel terhadap Gaza. Lihat galeri foto ibadah haji
Bulan lalu, pihak berwenang Saudi dilaporkan menangkap seorang pengusaha dan tokoh media yang telah menyatakan pandangan “wajar” terhadap Israel dan menyerukan boikot terhadap restoran cepat saji Amerika di kerajaan tersebut.
Masalah kebebasan berpendapat seperti ini semakin sering terjadi sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman menjadi pemimpin de facto pada tahun 2017.
Sekitar 1,2 juta umat Islam tiba di Mekah minggu lalu untuk menunaikan ibadah haji.
Para imam Saudi yang pro-pemerintah secara terbuka berdoa untuk Gaza dan Palestina dalam khotbah Jumat mingguan sejak Oktober.
Namun dengan peraturan baru yang diumumkan oleh Menteri Haji, ekspresi seperti itu mungkin dibatasi.
Arab Saudi belum secara resmi mengakui Israel sejak didirikan pada tahun 1948.
Arab Saudi telah menjadi penentang dan pengkritik langsung sejak Israel melancarkan serangannya ke Gaza.
Mahkamah Agung Arab Saudi mengumumkan pada hari Kamis bahwa ibadah haji tahunan akan dimulai pada 14 Juni dan Idul Adha akan dirayakan dua hari kemudian.
Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam dan merupakan kewajiban agama bagi semua umat Islam yang sehat, mampu secara finansial, waras, dan cukup umur untuk menunaikan ibadah haji setidaknya sekali seumur hidup.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)