TRIBUNNEWS.COM – Perpisahan tak terduga antara Mauricio Pochettino dan Chelsea menjadi salah satu kabar besar sekaligus mengejutkan pada Selasa (21/5/2024) tadi malam.
Bagaimana tidak, Pochettino mampu mengangkat status Chelsea di akhir musim ini di Liga Inggris.
Di luar dugaan, ia harus berpisah dengan Chelsea setelah baru menghabiskan musim penuh pertamanya di London.
Tak sedikit yang menilai keputusan Chelsea berpisah dengan Pochettino karena sosok Todd Boehly sebagai pemilik klub.
Di sisi lain, faktor utama yang memisahkan kedua pihak adalah kesediaan Pochettino untuk campur tangan dalam urusan transfer.
Sebagai pelatih kepala yang paling memahami kondisi dan kebutuhan tim, Pochettino ingin terlibat penuh dalam urusan tersebut.
Salah satunya adalah keinginan Pochettino mempertahankan Connor Gallagher pada musim depan, seperti disebutkan The Athletic.
Namun, ambisi Pochettino menjadi bumerang sehingga mendorongnya meninggalkan Chelsea.
Beragam reaksi pun langsung mewarnai jagat media sosial terkait keputusan mengejutkan Chelsea yang berpisah dengan Pochettino.
Hampir sebagian besar kaget dengan keputusan ini, bahkan ada yang tidak percaya.
Memang Pochettino dinilai mampu membawa Chelsea ke arah yang benar, terutama di penghujung musim.
Kemampuan Pochettino membawa Chelsea menjadi tim dengan poin terbanyak keempat di paruh kedua musim Premier League menjadi buktinya.
Dengan sentuhan ajaibnya, Pochettino pun melambungkan posisi Chelsea dari papan tengah klasemen hingga finis di peringkat ke-6.
Dengan posisi terbawah klasemen tersebut, Chelsea pun berpeluang kembali tampil di kompetisi Eropa musim depan.
Hanya saja sekali lagi hal itu tak terlalu mengubah pandangan manajemen Chelsea soal perpisahan dengan Pochettino.
Tidak ada cara lain selain menyepakati perpecahan antara Chelsea dan Pochettino setelah beberapa hari kompetisi. Inilah pikiran utama di balik kepergian Pochettino dari Chelsea
Tak sedikit yang mengira hengkangnya Pochettino dari Chelsea akibat tangan besi Todd Boehly.
Todd Boehly, yang menjadi pemilik baru Chelsea dua musim lalu, juga terlihat mewarisi rezim sebelumnya.
Kita tahu, rezim sebelum Todd Boehly, yakni era Roman Abramovich, terkenal dengan hasratnya untuk menjarah para pelatih Chelsea.
Kini, warisan itu tampaknya akan terus berlanjut seiring Toddy Boehly mengambil alih jabatan manajer Chelsea saat ini.
Berakhirnya kerja sama Pochettino dan Chelsea menjadi bukti terbaru kebijakan pemimpin The Blues tersebut. Todd Boehly memasuki lapangan untuk mengikuti putaran kehormatan usai pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Chelsea dan Watford di Stamford Bridge di London pada 22 Mei 2022. (GLYN KIRK/AFP)
Hanya saja dalam pemeriksaan, Toddy Boehly bukanlah pemain utama di balik hengkangnya Pochettino dari Chelsea.
Meski berstatus pemilik Chelsea, Todd Boehly tidak punya kendali penuh, terutama soal pergantian pelatih.
Bahkan, beberapa media ternama Eropa mengklaim Todd Boehly memang ingin mempertahankan Pochettino.
“Todd Boehly ingin mempertahankan Pochettino, tapi Eghbali ingin menggantikannya dengan pelatih baru,” tulis ESPN.
Senada dengan informasi yang dilansir ESPN, Mirror Football juga menuliskan bahwa Boehly mendukung Pochettino.
“Todd Boehly adalah pendukung utama Pochettino di level kepemilikan klub,” tulis Mirror Football.
“Pada rapat pengurus yang berlangsung kemarin, Boehly malah tidak hadir,”
Keputusan (berpisah dengan Pochettino) diambil tanpa kehadiran Todd Boehly, Pochettino tidak mau mengambil risiko lebih besar di Chelsea, tambahnya.
Merujuk beberapa sumber terpercaya dari media ternama Eropa, mayoritas mengatakan Boehly bukanlah otak utama di balik kepergian Pochettino.
Padahal, pemain utama di balik hengkangnya Pochettino dari Chelsea adalah Behdad Eghbali yang merupakan salah satu petinggi Chelsea.
Seperti yang diungkapkan Ben Jacobs, salah satu jurnalis terkemuka Inggris.
Ben Jacobs tak segan-segan menyebut Eghbali berperan krusial dalam perpecahan Chelsea dengan Chelsea.
“Ada penilaian yang sangat analitis terhadap penampilan akhir musim, jelas tim yang dipimpin Behdad Eghbali dengan datanya,” tulis Ben Jacobs melalui Twitter pribadinya.
“Beberapa data negatif disampaikan kepada Pochettino, yang menunjukkan beberapa inkonsistensi dan kelemahan Chelsea sepanjang musim.”
“Termasuk data kegagalan mengubah peluang menjadi emas dan memanfaatkan bola mati,”
“Ada konsensus antara kedua pihak karena ketidaksesuaian strategi dan pemisahan yang saling menguntungkan,” imbuhnya.
Behdad Eghbali sendiri diketahui merupakan salah satu petinggi Chelsea yang memegang saham dominan di klub tersebut.
Dengan kepemilikan tersebut, ia memiliki peran sentral yang tidak kalah pentingnya dengan Todd Boehly dalam manajemen Chelsea.
Dan keputusan Chelsea berpisah dengan Pochettino merupakan salah satu buah dari keterlibatan Behdad Eghbali.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)