Bos SKK Migas Wanti-wanti Capaian Lifting Minyak Merosot, Minta KKKS Genjot Produksi

Laporan jurnalis Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Satuan Tugas Khusus Ekstraksi Minyak dan Gas Bumi Komersial (SKK Migas) mengungkapkan produksi migas Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar, khususnya bahan baku minyak bumi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pemerintah menganggap kondisi ini sebagai krisis nasional dan menekankan perlunya mengambil tindakan agresif untuk mengatasi produksi dan menghilangkan hambatan.

“Dari target kenaikan minyak tahun 2024 sebesar 635.000 BOPD (barel minyak per hari), realisasinya saat ini baru mencapai 579.000 BOPD. Sedangkan untuk gas saat ini baru mencapai 5.366 MMSCFD dibandingkan target 5.785 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). “Masih terdapat kekurangan yang perlu segera diperbaiki,” kata Dwi dalam keterangannya, Senin (8/5/2024).

Ia kemudian menggarisbawahi pentingnya kolaborasi erat antara pemerintah dan Kontraktor Kontrak Koperasi (KKCS) untuk mencapai tujuan nasional, khususnya terkait produksi dan ekstraksi minyak dan gas.

SKK Migas berkomitmen meningkatkan pengawasan dan mengambil tindakan tegas untuk memastikan program KKKS berjalan sesuai rencana.

“Kami menekankan kepada seluruh pimpinan KKKS bahwa mereka harus memenuhi komitmen program kerja yang telah disepakati. Hal ini penting untuk mencapai target minyak akhir tahun sebesar 594.000 BOPD, yang akan mempengaruhi entry point kita pada tahun 2025 yang diharapkan. menjadi kurang lebih 634.000 BOPD,” jelasnya. saya akan melakukannya.

Untuk gas, meskipun penarikan gas secara year-to-date sebesar 5.366 MMSCFD, namun per 25 Juli 2024, penarikan harian mencapai 5.919 MMSCFD, atau 2% di atas target penarikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar 5.785 MMSCFD.

“Kami juga fokus untuk mempercepat penambahan produksi sebesar 174 MMSCFD, khususnya dari KKKS HCML dan Pertamina EP Cepu. Selain itu, menjaga stabilitas operasional sangat penting untuk menghindari penutupan yang tidak direncanakan, sehingga kami tetap optimis mencapai prospek gas lift sebesar 5.544 MMSCFD,” Lanjut Dwi.

Meski menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Dwi meyakini industri migas Indonesia masih menunjukkan prospek yang menjanjikan.

Hal ini tercermin dari hasil eksplorasi tahun 2023, dimana penemuan di struktur Geng Utara dan Layaran menempatkan Indonesia pada urutan teratas daftar penemuan terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 hingga 2024.

“Kami juga melihat antusiasme dari sisi investasi. Kami berharap Indonesia dapat memimpin investasi migas di Asia Tenggara pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang, didorong oleh penemuan-penemuan signifikan dan komitmen pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi”, pungkas Dwi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *