Bos Pasukan Israel Diam-Diam Temui Jenderal Negara-Negara Arab di Bahrain, Ini yang Dibahas

TribuneNews.com – Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel Jenderal Harji Halevi dikabarkan bertemu dengan jenderal dari negara-negara Arab dalam pertemuan yang digelar di Manama, Bahrain.

Amerika Serikat (AS), khususnya pertemuan Komando Pusat AS (CENTCOM) digelar pada Senin pekan ini.

Menurut sumber Axios, tujuan pertemuan tersebut adalah untuk membahas kerja sama keamanan di kawasan.

Karena sensitivitas politik regional seputar perang Jalur Gaza, keberadaan pertemuan tersebut tidak dipublikasikan.

Salah satu pejabat AS yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Jenderal Michel “Eric” Kurilla.

Pertemuan tersebut kabarnya dihadiri oleh para jenderal berpangkat tinggi dari Bahrain, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Yordania, dan Mesir.

Axios mengatakan pertemuan tersebut merupakan tanda bahwa perundingan militer dan kerja sama antara Israel dan negara-negara Arab akan terus berlanjut di bawah CENTCOM.

IDF menolak berkomentar ketika dimintai komentar. Centcom juga tidak segera menanggapi pertanyaan seputar pertemuan tersebut. Kepala Staf Umum Israel Letjen Harji Halevi. (Times of Israel/Flash 90) Mengenai usulan gencatan senjata

Sebelum menandatangani resolusi yang didukung AS baru-baru ini, Hamas dilaporkan meminta jaminan tertulis dari AS mengenai gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

Dua sumber keamanan dari pihak Mesir melaporkan berita ini.

Qatar dan Mesir, yang memediasi pembicaraan Israel-Hamas, mengatakan pada hari Selasa bahwa Hamas telah menerima tawaran gencatan senjata.

Sumber-sumber di Mesir mengatakan Hamas khawatir bahwa proposal yang ada saat ini tidak memberikan jaminan kuat untuk transisi dari tahap pertama gencatan senjata.

Sumber tersebut mengatakan Hamas hanya akan menyetujui tawaran tersebut jika ada jaminan yang diberikan. Mesir kemudian mendekati Amerika Serikat mengenai jaminan tersebut.

Sumber ketiga yang dikutip oleh Reuters mengatakan: “Hamas menginginkan jaminan transisi otomatis berdasarkan kesepakatan Presiden [Joe] Biden.”

Amerika mengatakan Israel meyakinkan Israel. Namun Israel belum mengumumkannya secara resmi.

Sebelumnya, Joe Biden mengatakan perjanjian gencatan senjata akan memungkinkan pembebasan warga Israel yang disandera Hamas dan mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 8 bulan.

Dalam keterangannya di Gedung Putih, Jumat (31/5/2024), Biden menyebut usulan tersebut sebagai “rencana gencatan senjata jangka panjang dan pembebasan seluruh sandera”.

Episode pertama Politisi Partai Demokrat tayang selama 6 minggu.

Pada tahap ini, “gencatan senjata penuh dan menyeluruh” memerlukan penarikan pasukan Israel dari seluruh wilayah Gaza yang diduduki dan pembebasan banyak sandera, termasuk wanita, lansia, dan sandera yang terluka.

Di sisi lain, ratusan warga Palestina yang dipenjarakan Israel akan dibebaskan.

Warga AS yang disandera di Gaza juga akan dibebaskan pada tahap ini. Jenazah akan dikembalikan ke keluarga mereka.

Selain itu, aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza akan meningkat. 600 truk diperbolehkan masuk ke sana setiap hari.

Sedangkan tahap kedua, seluruh sandera, termasuk prajurit laki-laki, dibebaskan. Setelah itu, tentara Israel akan mundur dari Gaza.

“Dan selama Hamas memenuhi janjinya, gencatan senjata sementara akan menjadi ‘penghentian perang secara permanen’,” menurut proposal Israel, kata Biden, menurut Associated Press.

Tahap terakhir atau ketiga melibatkan rekonstruksi Gaza yang dilanda perang.

Biden mengakui usulan tersebut memiliki beberapa detail yang masih perlu dibahas.

Menurut seorang pejabat senior AS, Israel dan Hamas harus terlebih dahulu menyetujui pembebasan sandera dan tahanan pada tahap selanjutnya.

(Berita Tribun/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *