TRIBUNNEWS.COM – Kepala Mossad David Barnea kembali ke Israel setelah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani di Qatar.
David Barnea datang sebagai duta besar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membahas perundingan permintaan gencatan senjata dengan gerakan Hamas melalui mediator Mesir dan Qatar, pada Jumat (5/7/2024).
“Pimpinan Mossad kembali dari Doha setelah mengadakan pertemuan pertama dengan para penasihatnya,” kata kantor Netanyahu pada Jumat malam.
“Diputuskan untuk mengirim delegasi lain minggu depan untuk menyelesaikan perundingan, mengingat masih ada kesenjangan antara kedua belah pihak,” ujarnya dalam acara tersebut.
Para pejabat Mossad menyatakan harapannya kepada media bahwa kabinet Netanyahu akan menyetujui kesepakatan tersebut, demikian yang dilaporkan Wall Street Journal.
Surat kabar Israel Walla memberitakan kisah David Barnea saat pertemuan dengan penasihatnya di Qatar kemarin.
“David Barnea pergi ke Doha untuk menyampaikan pesan kepada para penasihatnya bahwa Israel menolak permintaan Hamas untuk memberikan komitmen tertulis dari Amerika Serikat (AS), termasuk merundingkan bagian kedua dari perjanjian tersebut untuk jangka waktu sementara,” lapor Walla, mengutip pernyataannya. nama. seperti para pemimpin Israel yang tidak disebutkan namanya.
Mereka menegaskan, konflik Israel-Hamas terkait dengan Pasal 14 usulan Israel yang mengacu pada durasi perundingan kedua pihak pada tahap kedua yang akan berujung pada perdamaian abadi di Jalur Gaza.
Klausul tersebut menyatakan bahwa Amerika Serikat, Mesir dan Qatar akan melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa negosiasi berakhir dengan kesepakatan.
Selain itu, klausul tersebut menegaskan bahwa perdamaian akan terus berlanjut jika dilakukan perundingan, namun Hamas dalam tanggapan terbarunya memerlukan pernyataan tertulis dari media.
“Jika perjanjian tersebut mencakup komitmen tertulis dari para mediator, Hamas akan dapat memperpanjang perjanjian dialog tahap kedua tanpa batas waktu, bahkan setelah penghentian tahap pertama selama 42 hari, hingga tanpa pembebasan tentara dan warga sipil berdasarkan perjanjian tersebut. kata Israel. kantor
Menurut Walla, perselisihan mengenai Pasal 14 usulan perjanjian itu menjadi inti pertemuan Netanyahu usai sidang kabinet dan perpanjangan perjanjian hingga tadi malam.
“Dalam pertemuan tersebut diputuskan bahwa kunjungan Mossad ke Doha akan menjadi fokus, dan dia mengirim pesan kepada perdana menteri Qatar yang menyatakan bahwa Israel tidak akan menerima perubahan yang ingin dilakukan Hamas dalam masalah ini.14 dan permintaannya untuk melakukan hal tersebut. pernyataan tertulis,” kata pejabat Israel.
Meski demikian, telah diputuskan bahwa Barnea akan menjelaskan kepada Perdana Menteri Qatar kemungkinan penyelesaian masalah ini sehingga perundingan dapat dilanjutkan dan menyelesaikan perjanjian, tambahnya.
Channel 13 Israel melaporkan bahwa Israel ingin memastikan kemampuannya untuk melanjutkan perang jika Hamas tidak memenuhi kewajibannya.
Israel juga menolak permintaan Hamas agar organisasi tersebut memilih nama-nama banyak tahanan Palestina yang akan dibebaskan, menurut para pemimpin Israel.
Proposal perdamaian terbaru yang dirundingkan Israel dan Hamas melalui mediator, merupakan proposal yang disampaikan sekutu Israel, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada bulan lalu. Jumlah Korban
Ketika Israel terus memperketat cengkeramannya di Jalur Gaza, jumlah warga Palestina yang terbunuh meningkat menjadi lebih dari 38.011 orang dan melukai 87.266 lainnya pada Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (4/7/2024), dan 1.147 kematian. di wilayah Israel, seperti dilansir Anadolu Agency.
Awalnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk mengancam pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan sekitar 120 tahanan masih hidup atau mati dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah menukar 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Saat ini, lebih dari 21.000 warga Palestina berada di penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait Konflik Palestina dan Israel