Bos Mcdonalds Curhat Sulit Genjot Penjualan Imbas Gerakan Boikot Israel

Laporan jurnalis Tribunnews.com Namir Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Di tengah boikot produk pro-Israel yang muncul di banyak situs media sosial, perusahaan makanan cepat saji tersebut mengumumkan bahwa McDonald’s mungkin hanya menghasilkan sedikit keuntungan dari penjualan pada kuartal pertama (Q1) tahun 2024 .

Berdasarkan data Breto Times, laba McDonald’s Q1 2023 hanya mampu menunjukkan keuntungan sebesar $1,9 miliar atau sekitar Rp308 triliun. Peningkatan cadangan tersebut sebesar 5 persen menjadi $6,2 miliar karena kuatnya penjualan di Jepang, Amerika Latin, dan Eropa.

Meskipun pertumbuhannya tidak terlalu besar, CEO McDonald’s Chris Kempczinski tidak dapat memprediksi apakah penjualan akan kembali normal dalam waktu dekat.

“Kami memperkirakan tidak akan ada peningkatan yang signifikan sampai perang selesai,” kata Kempczinski.

Kebangkrutan para ahli McDonald’s bermula ketika restoran cepat saji asal Amerika ini memberikan 4.000 paket makanan gratis kepada tentara Israel yang berperang di Jalur Gaza.

Tak hanya itu, melalui pesan yang dimuat di akun Instagram resminya, McD Israel juga menawarkan diskon 50 persen bagi tentara atau aparat keamanan yang datang untuk makan di restoran tersebut.

Bantuan tersebut diberikan McD setelah militan Hamas menembakkan 5.000 roket ke wilayah Israel pada akhir pekan lalu.

Tindakan ini langsung menimbulkan reaksi negatif dari seluruh masyarakat di seluruh dunia, sehingga mereka bersatu untuk menyelesaikan gerakan tersebut satu per satu. Tekanan tersebut menyebabkan keuntungan dan penjualan McD terus menurun dalam beberapa bulan terakhir.

Hal ini juga dibenarkan oleh pimpinan McDonald’s, Chris Kempczinski, yang dalam bukunya mengakui bahwa aktivitas anak-anak di Timur Tengah dan negara Muslim lainnya menurunkan penjualan sebesar 0,2 persen.

Penurunan penjualan juga terjadi di operasional McDonald’s Amerika, misalnya pada Oktober lalu diumumkan turun 13 persen.

Mengutip data Placer.ai dari Wells Fargo, penurunan serupa terjadi pada November, ketika penjualan McD kembali turun 4,4 persen, sedangkan penjualan McD turun 4,9 persen di Desember.

Meski McDonald’s tidak merinci penjualan internasionalnya, namun jika boikot terus berlanjut akan menimbulkan kerugian serius bagi perusahaan.

“Dampak (perang) terhadap ketahanan pendapatan akan menjadi kekhawatiran terbesar kami… Sepertinya ini akan menjadi masalah yang berlanjut hingga kuartal berikutnya atau bahkan dua kuartal berikutnya,” kata kliennya, Brian Morus. manajer portofolio di Zacks Investment Management, yang memiliki saham McDonald’s.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *