TRIBUNNEWS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan banyak wilayah di Indonesia akan terus mengalami hujan lebat hingga sangat lebat mulai 22 April 2024.
Beberapa lokasi yang diusulkan antara lain Luwu Utara (Sulawesi Selatan), Banjarbara (Pantai Selatan), Kapuas Hulu (Pantai Barat) dan Tanjung Perak Surabaya (Pantai Timur).
Kepala Badan Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, BMKG mencatat peningkatan curah hujan signifikan pada sepekan terakhir di sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa Barat dan Tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Papua.
Intensitas hujan lebat tersebut berasal dari kontribusi Mad Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin dan Rossby khatulistiwa, serta kondisi permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia, kata Guswanto di Jakarta, Sabtu (27/8). 4/2024), informasi dari siaran pers BMKG.
Hal ini akan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di banyak wilayah di Indonesia.
Selain itu, Guswanto juga menjelaskan, cuaca panas di Indonesia terjadi karena posisi matahari pada bulan April yang dekat dengan garis khatulistiwa, serta kuatnya cuaca di sebagian wilayah Indonesia pada siang hari.
Fenomena suhu tinggi di Indonesia bukan merupakan gelombang panas karena kondisinya berbeda dengan kondisi pemanasan permukaan yang disebabkan oleh siklus Matahari sehingga berulang setiap tahunnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menjelaskan, April merupakan masa peralihan musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.
Untuk itu, masyarakat harus lebih mewaspadai dan mewaspadai kondisi cuaca, seperti hujan lebat dalam jangka pendek yang dapat diikuti petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan hujan es.
Salah satu ciri masa peralihan adalah hujan yang turun pada sore hingga akhir malam, sebelum udara hangat dan panas pada pagi hingga sore hari.
Hal ini terjadi karena sinar matahari yang sangat tinggi pada pagi hingga siang hari memicu terjadinya siklus (naiknya massa udara) dari permukaan bumi ke udara sehingga menyebabkan terbentuknya awan.
Pola curah hujan pada masa transisi tidak dapat diprediksi, mulai dari ringan hingga lebat dalam jangka waktu singkat.
Ketika atmosfer menjadi tidak stabil, awan konvektif seperti formasi kumulonimbus (CB) semakin meningkat.
Awan CB ini erat kaitannya dengan petir, angin kencang, tornado, bahkan hujan es.
Selama dua hingga tiga hari ke depan, aktivitas konvektif regional yang kuat akan terlihat mendukung proses konvektif berskala regional di sebagian besar wilayah Indonesia.
Andri mengimbau masyarakat tetap tenang meski harus waspada terhadap potensi bencana, khususnya banjir, yang sewaktu-waktu terjadi.
“Masyarakat juga harus sadar akan dahsyatnya bencana alam yang ada di lingkungannya, khususnya di daerah rawan bencana, dan melakukan langkah-langkah sederhana, salah satunya dengan tidak merusak, bersinergi menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat,” jelasnya. Andri. .
“Terus pantau informasi peringatan cuaca melalui aplikasi infoBMKG untuk informasi dini lebih lanjut,” imbuhnya.
(Tribunnews.com/Latifa)