BKKBN: Data Kependudukan Inklusif Bisa Cegah Kematian Ibu dan Anak

Koresponden Tribunnews.com Rina Ayu melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perayaan Hari Manusia Sedunia (HKD) tahun ini adalah saatnya untuk fokus pada kekuatan data bersama untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan adil bagi semua.

Pada HKD 2024 diharapkan database tersebut mampu menggambarkan keberagaman manusia secara utuh.

Oleh karena itu, semua orang diakui, mampu menikmati haknya dan mewujudkan seluruh potensinya.

Bonivasius Prasetya Ikhtiarto, Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN, menegaskan data kependudukan dapat mendukung ibu hamil yang aman.

Misalnya, Angka Kematian Ibu (MMR) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang memerlukan inklusi data.

Saat ini MMR dan AKB sudah turun di Indonesia, namun alasannya berbeda.

Situasi ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB.

“Integrasi data dapat mendukung kehamilan berdasarkan pilihan, bukan kebetulan. “Program penyakit atau keluarga berencana (KB) yang dimiliki BKKBN dapat menjadi salah satu cara untuk mendukung kehamilan berbasis pilihan,” ujarnya saat berkampanye bersama UNFPA pada jumpa pers Hari Kependudukan Sedunia 2024 di Jakarta, Kamis (Kamis: 11 /07/). 2024).

Persalinan berbasis pilihan merupakan program yang dikembangkan oleh BKKBN dimana jika ingin merencanakan momongan maka gunakanlah keluarga berencana atau KB.

Indonesia saat ini sedang menikmati bonus demografi.

Kekuasaan ini harus dimanfaatkan secara efektif untuk pembangunan bangsa.

“Padahal tahun 2020 merupakan puncak bonus demografi tanah air. Oleh karena itu, situasi ini harus benar-benar kita manfaatkan, dimulai dari para pekerja,” kata Boni.

Hasan Mohtashami, perwakilan UNFPA Indonesia, menambahkan bahwa data tidak hanya sekedar angka, namun juga kehidupan.

“Data tersebut membantu kami mengidentifikasi hambatan operasional dan mengembangkan intervensi yang ditargetkan untuk komunitas rentan,” katanya.

Selain itu, Wakil Direktur Badan Pusat Statistik (BPS) Amalya Adininggar Vidyasanti ST, M.Si, M.Eng, Ph.D. Ia juga mengatakan, data juga penting untuk memastikan tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tahun 2030.

“Saat kita mengukur hasil SDGs, kita perlu menganalisis datanya untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut sejalan dengan tujuannya. “Contohnya kemiskinan di subdaerah beda, beda, kendalanya juga berbeda,” jelas Amalia.

Kelompoknya menyatakan siap bekerja sama untuk terus mendukung pentingnya kearsipan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *