TRIBUNNEWS.COM – Salah satu bisnis Valentino Rossi yang khusus memproduksi tas dan barang pakaian sedang menghadapi masalah keuangan.
Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya karakter “pahlawan”, yakni pembalap dengan nilai jual tinggi di MotoGP VR46.
Julukan Rossi “Dokter” sebenarnya adalah Francesco ‘Pecco’ Bagnaia sebagai muridnya yang paling sukses di balap MotoGP. Namun, sebagai catatan, Peco membalap bukan untuk tim pribadi Valentino Rossi, melainkan untuk pabrikan Ducati.
Alhasil, Pecco tak bisa memasukkan warna 46 atau Fluorescent Yellow ke dalam tunggangannya sebagai pembalap Tim Ducati Lenovo. Pembalap Italia Valentino Rossi (tengah) berpose bersama sepedanya dan anggota timnya usai Grand Prix MotoGP Valencia di sirkuit Ricardo Tormo di Chester pada 14 November 2021. Ikon olahraga tersebut pensiun pada 14 November 2021 di MotoGP Valencia untuk yang terakhir Kali ini muncul nama juara dunia sembilan kali Valentino Rossi. (Foto: Jose Jordan/AFP) (AFP/Jose Jordan)
Valentino Rossi tidak hanya menjadi legenda di dunia balap motor, tapi juga menjadi brand ternama dunia. Namun perusahaannya VR46 sedang dalam krisis.
Sudah 2,5 tahun Valentino Rossi pensiun dari MotoGP, namun absennya masih terasa.
Dunia balap The Doctor jelas belum berakhir, karena ia kini membalap BMW M4 GT3 milik WRT Racing, yang juga memulai debutnya di 24 Hours of Le Mans.
Selain itu, ia juga mengelola tim Pertamina Enduro VR46 yang berlaga di MotoGP dengan Marco Bezzecchi dan Fabio Di Giannantonio sebagai pebalapnya.
Harus dikatakan bahwa bahkan untuk talenta sekaliber Rossi, masa-masa sulit bisa datang, dan itulah yang terjadi di klubnya.
Faktanya, fase yang sangat negatif terus berlanjut untuk VR46, dan portal balap Italia Tuttomotoriweb menganalisis secara detail apa yang terjadi.
Pria asal Tavullia, Italia diminta segera mencari solusi tepat atas permasalahan tersebut.
Menurut Sitas Affariitaliani, krisis seputar baju balap VR46 milik Valentino Rossi tidak akan pernah berakhir.
Perusahaan ini memiliki 35 karyawan. Pemulihan diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023, mengingat berakhirnya periode Covid-19.
Namun hal itu tidak benar-benar terjadi.
Pendapatan tahunan turun dari 13,4 euro (235 miliar dong) menjadi 9,3 juta euro (163 miliar dong), meskipun defisit dapat dikembalikan ke tingkat normal dengan menggunakan cadangan pada rapat umum.
Perusahaan mengatakan bahwa salah satu alasan rendahnya pendapatan juga karena kurangnya acara baru, karena Jovanotti (seorang musisi Italia) tidak menyelenggarakan acara baru setelah Jova Beach Party pada tahun 2022.
Namun penjualan suvenir juga terpengaruh oleh beberapa pesanan yang tidak diperpanjang atau ditutup lebih awal, seperti seri Blue Paddock Yamaha atau Suzuki.
Jadi ini sama sekali bukan momen positif bagi perusahaan Rossi dan tahun 2023 tidak membawa kemajuan yang diharapkan.
Tahun 2024 harus menjadi titik balik, jika tidak, awan gelap akan semakin bertambah.
Salah satu aspek yang mungkin tidak membantu adalah seiring berlalunya waktu sejak kepergiannya dari MotoGP, antusiasme terhadap sang Dokter mulai memudar.
Hingga saat ini, kekayaan bersih perusahaan milik Valentino Rossi adalah 11 juta euro atau sekitar Rp 193 miliar.
(Tribunnews.com/Giri)