Laporan jurnalis Tribunnews.com Namir Yuni
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Raksasa telekomunikasi ternama Korea Selatan Samsung Electronics Co mengumumkan rencana memberhentikan sekitar 10 persen dari 147.000 tenaga kerjanya di pabrik-pabrik di Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru.
Pengumuman tersebut disampaikan juru bicara Samsung usai pertemuan penting dengan pimpinan HR dan berbagai tim pada Selasa (10/1/2024).
“Beberapa anak perusahaan di luar negeri secara teratur menyesuaikan tenaga kerja untuk meningkatkan efisiensi operasional,” kata juru bicara Samsung.
Menurut Bloomberg, Samsung telah melakukan PHK massal sebagai bagian dari rencana untuk mengurangi tenaga kerja globalnya karena pendapatan perusahaan telah menurun dalam beberapa bulan terakhir karena lambatnya bisnis di bidang teknologi kecerdasan buatan (AI).
Samsung diketahui menghabiskan belanja modal sebesar 53,1 triliun won pada tahun lalu, dengan 48,4 triliun won khusus untuk mengembangkan bisnis semikonduktornya.
Namun sayangnya Samsung gagal mengungguli kompetitornya, teknologi AI Samsung bahkan tertinggal dari kompetitornya seperti SK Hynix Inc dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co.
Sebelum divisi AI Samsung mengalami kerugian, mereka mengubah strategi dengan mengalihkan perhatiannya ke bisnis chip. Namun cara ini tidak membawa kebangkitan bisnis AI Samsung. Alasan inilah yang memaksa Samsung mengurangi jumlah karyawannya dan menghemat uang pesangon.
Setelah isu PHK, saham Samsung dilaporkan anjlok lebih dari 20 persen pada tahun ini karena produsen chip memori dan ponsel pintar terbesar di dunia ini kesulitan di pasar-pasar utama.
Selama beberapa bulan terakhir, Samsung terus mengalami serangkaian gejolak yang menyebabkan bisnisnya terpuruk, seperti merumahkan hingga 8.000 pekerja yang tergabung dalam serikat Samsung Electronics di Korea Selatan pada Juli lalu. memukul.
Para pekerja melakukan pemogokan selama tiga hari berikutnya sebagai bentuk protes karena National Samsung Electronics Union (NSEU) tidak memperbaiki sistem bonus berbasis kinerja dan memberikan cuti tahunan tambahan kepada pekerja.
Meski demonstrasi berdampak kecil terhadap produksi, gerakan buruh menunjukkan penurunan loyalitas pekerja. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini bisa menimbulkan masalah baru bagi Samsung di tengah ketatnya persaingan manufaktur chip global.