Tribunnews.com Laporan dari jurnalis Aisha Nurshamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sindrom patah hati merupakan kondisi jangka pendek dimana fungsi jantung menurun.
Beberapa otot jantung melemah dengan cepat.
Gangguan ini biasanya terjadi setelah stres fisik atau mental yang tiba-tiba.
Meski tidak serius, sindrom patah hati ternyata bisa menimbulkan komplikasi.
Hal ini diungkapkan pakar jantung dan pembuluh darah, Dr. Mega Februari Arona.
“Komplikasi yang paling parah adalah kematian, kalau bukan kematian langsung. Bisa jadi bom yang jatuh terlalu keras, gangguan ritme jantung, serangan jantung mendadak, dan sebagainya,” ujarnya dalam talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan (Minggu, 2021). 28) /April 2024).
Ia juga mengimbau masyarakat untuk segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala apa pun.
Sindrom patah hati umumnya menimbulkan beberapa gejala.
Nyeri dada, rasa tidak nyaman saat bernapas, dan rasa sesak napas.
Jika gejala di atas terus berlanjut dalam jangka waktu lama, jangan ragu untuk segera mencari pertolongan medis.
“Ketika sesuatu yang buruk terjadi, kita melalui lima tahap: ketidaksetujuan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan menjaga jarak,” jelasnya.
“Jika Anda sudah melewati tahap pertama dan masih mengeluh nyeri atau ketidaknyamanan di dada, mungkin inilah saatnya untuk mencari pertolongan,” saran dokter. Mega.
Daripada memeriksakan diri langsung ke dokter spesialis jantung, pasien bisa menemui dokter psikiater terlebih dahulu.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah nyeri dada yang Anda alami dipicu secara emosional atau berasal dari hati.
Dokter spesialis jantung Anda akan memeriksa Anda dengan menggunakan alat elektrokardiogram (EKG). Jika ada masalah, dokter spesialis jantung Anda akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Apakah fungsi jantung Anda meningkat atau menurun? Saya akan lihat apakah saya bisa,” dia berkata.