TRIBUNNEWS.COM – National Uncommited Movement mengecam Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, karena menyebut dirinya adalah sekutu Palestina.
Gerakan Nasional Tanpa Komitmen (National Uncommited Movement) adalah organisasi akar rumput yang mendesak Partai Demokrat AS untuk memilih “tanpa komitmen” dalam pemilihan pendahuluan di negara bagian AS.
“Biden yang bilang berbuat banyak untuk Palestina, ibarat pelaku pembakaran yang memanfaatkannya, karena menyiramkan air ke api yang masih menyala,” kata kelompok itu, Selasa (16/7/2024), seperti dilansir Al Jazeera.
“Kami sebelumnya melaporkan bagaimana Biden mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dia sangat mendukung Palestina dan bahwa dia telah berbuat lebih banyak untuk rakyat Palestina dibandingkan orang lain,” kata kelompok tersebut.
Dalam wawancara tersebut, Joe Biden juga menyebut dirinya sebagai “Zionis”. Pelabuhan buatan AS di Gaza akan dikembalikan
Sementara itu, pelabuhan yang dibangun militer AS untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza telah dipulihkan pada Rabu (7/10/2024) lalu.
Pelabuhan tersebut akan digunakan selama beberapa hari, namun rencananya akan ditarik secara permanen, kata para pejabat Amerika.
Dilaporkan oleh AP News, pelabuhan ini akan menjadi tantangan terakhir bagi proyek yang telah lama menderita akibat cuaca buruk, keamanan yang tidak menentu, dan kesulitan dalam menyalurkan makanan ke tangan warga Palestina yang kelaparan.
Para pejabat mengatakan tujuannya adalah untuk menghilangkan semua bantuan yang ditimbun di Siprus dan di bangunan terapung di lepas pantai dan membawanya ke tempat yang aman di pantai Gaza.
Setelah itu, Angkatan Darat AS akan menghancurkan pelabuhan tersebut.
Para pejabat tersebut berbicara tanpa menyebut nama karena rincian akhir masih dikerjakan.
Otoritas pelabuhan berharap bahwa mereka akan memberikan bantuan penting kepada penduduk Gaza yang kelaparan seiring perang yang berlanjut selama sembilan bulan.
Namun, lebih dari 8,6 juta kilogram makanan masuk ke Gaza melalui pelabuhan.
Proyek ini terhambat oleh gelombang laut yang terus-menerus dan transportasi terganggu karena ancaman keamanan yang terus berlanjut, sementara tentara Israel terus melakukan serangan terhadap Hamas di Gaza.
Keputusan itu diambil ketika tentara Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran di Kota Gaza, yang menurut Hamas dapat membahayakan perundingan jangka panjang mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Pasukan Amerika mengevakuasi pelabuhan pada 28 Juni karena cuaca buruk dan pindah ke kota Ashdod di Israel.
Namun penyaluran bantuan terhenti karena alasan keamanan.
Pada awalnya, PBB menghentikan penyelamatan dari pelabuhan pada tanggal 9 Juni, sehari setelah militer Israel menggunakan bandara terdekat untuk pesawat setelah penyelamatan orang-orang yang menewaskan lebih dari 270 warga Palestina.
Pejabat AS dan Israel mengatakan tidak ada bagian dari pelabuhan yang digunakan dalam serangan itu.
Namun para pejabat PBB mengatakan gagasan bahwa Gaza menggunakan proyek tersebut dapat membahayakan upaya bantuan mereka.
Alhasil, bantuan yang diangkut melalui pelabuhan menuju tempat aman di pesisir pantai terakumulasi berhari-hari dan berlanjutnya perundingan antara PBB dan Israel.
Baru-baru ini, Program Pangan Dunia menyewa kontraktor untuk mengangkut bantuan dari pantai guna mencegah pembusukan makanan dan persediaan lainnya. Seorang tentara Amerika Serikat (AS) sedang memimpin mobil di jalan di pelabuhan terapung yang mereka bangun di pantai Gaza. (HO/US Centcom) Pembaruan Perang Israel-Hamas
Türkiye mengkritik militer Israel karena menghancurkan rumah sakit khusus kanker di Gaza setelah digunakan sebagai pangkalan militer selama berbulan-bulan.
Enam warga Palestina tewas dalam serangan Israel di kamp Nuseirat di Gaza tengah, kata Bulan Sabit Merah Palestina.
Militer Israel telah melaporkan kekurangan tank dan amunisi akibat perang di Gaza, menurut sebuah dokumen yang diajukan ke Mahkamah Agung Israel.
Kantor Informasi Publik di Gaza mengatakan 320 warga Palestina tewas atau terluka dan dibawa ke rumah sakit di seberang perbatasan dalam 48 jam terakhir.
UNRWA mengatakan markas besarnya di Kota Gaza “dihancurkan dan diubah menjadi medan perang” karena “pengabaian Israel terhadap hukum kemanusiaan internasional.”
OCHA mencatat tiga serangan besar Israel, bersama dengan lima serangan lainnya, dalam tiga hari menjelang 14 Juli, yang terburuk adalah serangan terhadap kamp al-Mawasi, yang menewaskan 90 warga Palestina.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memuji pilot yang melakukan serangan terhadap al-Mawasi dan mengatakan bahwa Hamas dihancurkan karena tidak memiliki kekuatan untuk mempersenjatai, mengatur atau “merawat yang terluka”.
Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi terhadap lima individu dan tiga organisasi di Israel atas pelanggaran hak asasi manusia yang serius terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Sedikitnya 38.664 orang tewas dan 89.097 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober diperkirakan mencapai 1.139 orang, dan masih banyak orang yang terjebak di Gaza.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Cerita lainnya terkait dengan konflik Palestina x Israel