BHS: Pentingnya Simulasi EWS Tanggap Bencana bagi Masyarakat di Kawasan Lumpur Sidoarjo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pakar kebijakan publik Ir Bambang Haryo Soerkartono atau BHS bersama tim BHS Pedoli mengamati kondisi longsor Lapindo di pusat pemantauan Pusat Pengendalian Lumpur (PPLS) Situ Ajo.

Bukan tanpa alasan politikus senior Partai Garindra ingin bertemu langsung dengan PPLS dan bertanya seputar perlindungan tanggul penahan dan tanah yang dibongkar.

Ia mengaku ingin mengetahui apakah gempa yang bermula di Zahnio sudah meluas hingga Garut dan Sukabumi di Jawa Barat. Apakah gempa di Jember, Jawa Timur, bahkan Mataram, Lombok pasca erupsi Gunung Semero mempengaruhi kondisi kawasan longsor?

“Apakah gempa atau pergerakan tanah tersebut mempengaruhi posisi sesar atau retakan di daerah aliran puing Lapundo yaitu sesar Siring dan sesar Vatokosek, karena informasi dari otoritas PPLS saat itu aliran puing tersebut dikatakan BHS pada Sabtu (17 Desember 2022): “Dengan adanya control ring, aliran puing tidak bisa terdeteksi dengan baik, padahal tinggi tanggul 15 meter dan ketebalan 11 meter sudah tercapai. “

Selain itu, pada tahun 2014 hingga 2019, anggota DPRI ini mengungkapkan, berdasarkan data 2 tahun lalu, aliran sampah mencapai 100.000 meter kubik per hari, sehingga pimpinan otoritas PPLS melaporkan bahwa laju alirannya mencapai 100.000 meter kubik per hari. adalah berkurang menjadi 47.000 meter kubik. .

Mengingat aliran puing Lepando masih dalam kondisi rusak, maka dengan adanya aliran puing tersebut, perlu diketahui apakah telah terjadi perubahan pergerakan di bawah tanah, terutama pada dua sesar yang menyebabkan jet tersebut. alirannya akan besar. Belum diteliti oleh PPLS karena kurangnya tenaga ahli,” ujarnya.

BHS juga mengatakan, karena situasi darurat masih belum dapat diprediksi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Basarnas serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mengeluarkan tanggap darurat bencana kepada masyarakat di sekitar kawasan tanggul lumpur pengurangan dengan melakukan kegiatan REACH. Peringatan keras kepada masyarakat setempat dengan memasang alarm atau Early Warning System (EWS).

“Dengan menggandakan, memasang alarm atau early warning system (EWS) agar masyarakat bisa bereaksi dan bersiap lari ke tempat berkumpul yang aman, dan personel BNPB dan BPBD sewaktu-waktu bisa keluar dari tanggul aliran puing segera jika terjadi penutupan,” jelasnya.

“Harus ada simulasi rutin kepada masyarakat setempat agar masyarakat terbiasa berjuang sendiri,” lanjutnya.

Anggota panitia ahli DPP ini menekankan perlunya Pemerintah Kabupaten Sadwarjo dan Pemerintah Pusat mengasuransikan masyarakat beserta harta bendanya, termasuk tanah dan rumah, agar dapat terjamin jika terjadi musibah akibat dampak operasional. .

BHS berharap: “Longsor La Pindo merupakan bencana nasional, sehingga pemerintah pusat dan daerah harus bersiap menghadapi apapun.”

Wisata lumpur Sidoarzo harus dihentikan

Bambang Haryo juga ingin wisata lumpur La Pindo dihentikan.

“Tidak etis jika kita pergi ke tempat yang masih dalam keadaan bencana. Jika masyarakat ingin mengetahui sejarah bencana, sebaiknya pemerintah Seto Azores bersiap menjadi tuan rumah Museum Bencana La Pindo. Museum Merapi selama ini dimanfaatkan untuk edukasi masyarakat, khususnya generasi muda dan anak-anak,” ujarnya.

BHS menegaskan, bencana tanah longsor Rabindo di Sadwazo merupakan bencana nasional sehingga berharap pemerintah pusat dan daerah bisa lebih mengontrol dan bersiap jika bibit bencana di kawasan longsor Rabindo ini muncul.

Bambang Haryo Soerkarton menyimpulkan, “Pemerintah siap sepenuhnya dalam pengendalian dan siap dengan benih-benih bencana yang ditanam di tanah longsor. Kami berharap masyarakat Sido Ajo yang tinggal di sekitar tanah longsor Lapindo bisa segera mendapatkan pertolongan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *