BHS: Konektivitas Harus Sudah Direncanakan Sebelum Pembangunan Pelabuhan

Berita Tribun.

BHS menjelaskan, pelabuhan yang akan dibangun harus sesuai dengan kemungkinan perkembangan kawasan sekitarnya

Misalnya saja potensi perkebunan, industri, pariwisata, atau ikatan sosial budaya akan mempengaruhi model pelabuhan yang akan dibangun.

Dan pelabuhan yang dibangun juga harus sesuai dengan kemungkinan proyeksi lima hingga 25 tahun ke depan

“Dalam membangun pelabuhan harus fokus pada rencana dan manfaat pelabuhan bagi daerah. Artinya kita harus berkoordinasi dulu dengan daerah, apa saja yang diperlukan dan berkoordinasi dengan kementerian terkait, misalnya dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terkait dengan kebutuhan industri, perkebunan dan pertanian atau pariwisata”, Sabtu (11/5/2024).

Menurut dia, jika ada koordinasi maka akan direncanakan pelabuhan apa yang akan dibangun.

Untuk pelabuhan orang atau logistik atau keduanya

Kemudian akan dilakukan studi kelayakan dan dilakukan kajian terhadap kebutuhan kapal tersebut. Dia mengatakan, hal itu ada kaitannya dengan pembangunan dermaga dan terminal.

BHS mengingatkan, pembangunan dermaga, terminal, dan area penumpukan harus dievaluasi dalam lima tahun ke depan.

Sedangkan kondisi lahan dan perkembangan kawasan dinilai untuk 10 tahun ke depan

Jadi pelabuhan ini bisa bermanfaat lima tahun ke depan dan bisa dikembangkan 10 tahun ke depan. Jadi tidak perlu segera membangun pelabuhan lain. Pelabuhan ini akan menjadi pelabuhan hub, ujarnya.

Ia juga mengingatkan, dalam membangun pelabuhan, kedalaman saluran air juga harus diperhitungkan

“Jangan sampai alurnya terlalu dalam sehingga kapal-kapal besar tidak bisa sandar, hanya kapal-kapal kecil saja yang bisa. sedimentasi, artinya pelabuhan perlu dilakukan pengerukan sedimen, kata BHS.

Jika seluruh rencana tersebut rampung, langkah selanjutnya Kementerian Perhubungan akan berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk membangun sarana prasarana jalan menuju pelabuhan dan menghubungkannya dengan seluruh kebutuhan wilayah sekitarnya.

“Rute ini harus direncanakan. Jalan harus dibangun dulu, baru pelabuhan. Karena kebutuhan material bisa dipenuhi lewat darat. Selain itu, periksa juga kekuatan poros dan lebar jalan yang akan dilalui angkutan darat. Katanya, jalan ini harus dipastikan. akses seharusnya tidak menimbulkan masalah dalam transportasi darat.

Ia mengatakan, hal ini sejalan dengan pencegahan kemacetan lalu lintas dan menjamin ketersediaan kendaraan angkutan.

“Baik Kementerian Perhubungan maupun Kementerian PUPR harus mengerahkan litbangnya masing-masing. Jadi bisa dipertimbangkan dari awal, jelasnya lagi.

Yang tidak kalah pentingnya, menurut HBS, adalah akses terhadap peningkatan konektivitas kendaraan, yang akan membantu para komuter atau wisatawan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Misalnya, Pelabuhan Patimban yang disebut kurang memiliki fasilitas jalan yang memadai

Lebar jalan dan ukuran jalan harus dipastikan mampu menampung truk kontainer yang masuk ke pelabuhan. “Di Patimban terdapat pembatas jalan yang kurang lebar dan tikungan tajam sehingga menyulitkan truk untuk bermanuver dan harus bergerak lambat sehingga menimbulkan ketidakteraturan pada kendaraan,” kata BH kembali mengaku sebelumnya sempat protes dan memberi masukan. . . Mengenai kondisi akses jalan Patimban

Menurut dia, permasalahan Patimban selanjutnya adalah panjang dermaga yang tidak memenuhi target kebutuhan pelabuhan.

“Contohnya Patimban targetnya 7 juta kontainer per tahun, dimana kalau 1 juta itu 3000 kontainer maka 7 juta itu sama dengan 21 ribu kontainer per hari. bahwa ada 21 kapal @ Akan ada 1.000 kontainer yang panjangnya 200 meter, artinya butuh panjang 4 kilometer untuk menerimanya, sedangkan Dermaga Patimban hanya sepanjang 800 meter. “Gage,” katanya.

Oleh karena itu, ia berharap ke depan Kementerian Perhubungan dapat mengoptimalkan koordinasi dengan daerah dan kementerian/lembaga lainnya.

Hal ini harus menjadi pertimbangan utama dalam segala pembangunan, baik pelabuhan laut maupun udara. Oleh karena itu pembangunan ini sangat bermanfaat bagi pertumbuhan perekonomian nasional dan sekitarnya. Dan tidak hanya untuk 1 atau 2 tahun saja, tapi dalam jangka panjang selesainya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *