Laporan reporter Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemimpin agama Buddha Bhante Gunaseno mengatakan toleransi memiliki makna yang sangat dalam.
Menurutnya, toleransi adalah menghormati agama seseorang, namun tidak menghina agama orang lain.
“Sikap toleransi dapat ditunjukkan dalam rasa persatuan dan toleransi dalam menghadapi umat yang berbeda agama,” kata Bhante Gunaseno saat bertemu dengan Ketua Umum International Creative Exchange atau ICE, Atta Ul Karim di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. dalam waktu dekat.
Ia mengatakan bahwa agama Buddha memperkuat toleransi dengan menyebarkan cinta dan kasih sayang kepada semua makhluk tanpa diskriminasi, bahkan kepada mereka yang bersikap kasar.
Beliau bersabda: “Seorang hijrah dalam agama Buddha harus mampu meninggalkan segala jenis kejahatan karena kebencian, keserakahan dan kebodohan.”
Dalam pertemuan tersebut, Bapak Bhante Gunaseno menjelaskan tentang arti dari jubah biksu berwarna coklat yang memiliki makna yang dalam.
“Warna ungu ini adalah warna kayu, warna alam, karena kita diajarkan untuk hidup sederhana dan selalu berbuat baik,” kata Bhante Gunaseno.
Mendengar Atta lahir di Pakistan, Bhante langsung dengan senang hati menceritakan tentang asal muasal agama Buddha yang ternyata berasal dari Nepal, dekat Pakistan.
“Buddha lahir pada tahun 623 SM di Taman Lumbini yang kini berada di selatan Nepal. Orang tahu Buddha itu berasal dari Tiongkok, tapi sebenarnya kami lahir di Nepal dan besar di India,” kata Gunaseno.
Atta yang menggalakkan kampanye toleransi beragama di Indonesia mengaku sangat senang menyambut Bhante Gunaseno dan pertemuan pertama ini tak terlupakan.
“Ini pertemuan pertama yang luar biasa, ke depan saya punya rencana untuk bersilaturahmi dengan umat beragama lain. Melihat pertemuan ini semakin berkembang niat saya untuk melanjutkan rencana ini,” ujarnya.
Atta mengatakan, upaya toleransi beragama yang dilakukannya sejalan dengan semboyan nasional pada lambang burung Garuda, yakni Bhinneka Tunggal Ika.