TRIBUNNEWS.COM – Puluhan warga Israel dikabarkan mencoba masuk ke Gaza, Kamis (15/8/2024).
Mereka memasuki Erez Pass. Namun, tentara Israel menghalangi jalan mereka.
Beberapa warga Israel mencoba mengunjungi pemukiman yang ditinggalkan Israel di Gaza sejak Tahun 2005.
I24 News mengatakan bahwa “Polisi dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) segera tiba di lokasi, mencegah warga sipil masuk.”
“Polisi Israel menangkap sejumlah warga. IDF mencatat bahwa memasuki zona militer tertutup dilarang. IDF akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin keselamatan publik.
Warga Israel yang mencoba masuk ke Gaza mengaku ingin salat bersama komunitas di sana.
“Hari ini kami beruntung bisa mengikuti kegiatan salat subuh dengan keyakinan bahwa Jalur Gaza adalah bagian dari Israel,” kata mereka.
“Hanya orang-orang Yahudi Gaza yang akan menghentikan ancaman bom dan penculikan dari Gaza dan memberikan keamanan kepada masyarakat di selatan dan seluruh negeri!”
Dilaporkan 7 orang ditangkap di lokasi kejadian. 20 orang lainnya dibawa ke kantor polisi di Ashkelon.
Pemerintahan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menarik diri dari Gaza pada tahun 2005, menurut Jewish News Service.
Setahun kemudian, Hamas memenangkan pemilu di Gaza. Kelompok ini melemahkan Otoritas Palestina yang pro-Barat.
Sekitar 53 persen warga Yahudi Israel mendukung pemulihan permukiman Israel di Gaza, menurut jajak pendapat yang dilakukan Universitas Tel Aviv pada bulan Januari.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah kemungkinan tersebut beberapa bulan lalu.
“Jika niat Anda adalah untuk menetap di Gaza, itu tidak mungkin, saya akan mengatakannya secara terbuka. Netanyahu mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN pada bulan Mei bahwa “beberapa elemen saya tidak senang dengan hal itu, tapi itulah sudut pandang saya”. 40 ribu warga Palestina terbunuh
Kementerian Kesehatan Jalur Gaza mengumumkan pada hari Kamis bahwa lebih dari 40.000 orang Palestina tewas dalam serangan Israel. Jumlah korban mencapai 92.401 orang.
Pejabat kesehatan Gaza kesulitan mengidentifikasi jenazah korban karena rumah sakit penuh dengan jenazah.
Jumlah korban tewas diperkirakan akan bertambah karena banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Serangan udara dan darat Israel di Gaza adalah serangan militer terbesar yang pernah terjadi.
Warga Palestina terkadang terpaksa menguburkan anggota keluarga mereka yang meninggal di tempat sementara karena mereka tidak bisa mengunjungi pemakaman tersebut. Foto yang dirahasiakan menunjukkan sekolah-sekolah di Gaza terkena serangan udara Israel (UNRWA)
Saat itu, Israel mengaku berniat menyerang Hamas. Israel menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil Palestina.
Namun, pasukan Israel menargetkan gereja, sekolah, dan rumah sakit dengan dalih bahwa tempat-tempat tersebut menampung pejuang Hamas.
Serangan Israel telah menciptakan krisis kemanusiaan yang sangat besar di Gaza. Lebih dari 85 persen warga Gaza kini menjadi pengungsi.
Gaza berisiko mengalami kelaparan, dan lebih dari setengah juta orang diperkirakan akan mengalami kelaparan parah dalam beberapa bulan ke depan.
(Berita Tribune/Februari)