Bernalar Berdaya April 2024, Masih Pentingkah Sekolah? Haruskah Generasi Muda Punya Cita-Cita?

TRIBUNNEWS.COM – MudaBerdaya digelar bersamaan dengan kegiatan SMAN 34 Jakarta Bernalar Berdaya yang merupakan program roadshow tentang sejarah akal, nalar dan logika pertama di Indonesia.

Beraler Berdia kali ini tampil dengan edisi khusus yang mengundang beberapa konten kreator muda seperti Cania Citta, Esther Lubis, Bro Gamal, dan Jebung. Keempat narator menantang para siswa SMAN 34 Jakarta untuk mampu berpikir kritis selama acara berlangsung.

Acara dibuka dengan sambutan dari Ibu Dwi, Wakil Kepala Sekolah SMAN 34 Jakarta yang berharap acara ini dapat memotivasi siswa menjadi generasi muda yang berdaya dengan nalar dan logika yang kuat.

Esther Lubis, konten kreator TikTok sekaligus lulusan hukum Universitas Gadjah Mada, mengawali sesi dengan pemaparan bertajuk “Aspirasi dan Masa Depan”.

Di hadapan lebih dari 100 siswa sekolah menengah atas, Esther menekankan pentingnya tahun-tahun sekolah menengah atas sebagai landasan untuk merencanakan dan mewujudkan impian masa depan.

“Jika kalian tidak mengejar impian kalian, pada akhirnya kita akan membantu orang lain mencapai impian mereka,” kata Esther, memotivasi para siswa untuk mengambil kendali atas masa depan mereka sendiri.

Cania Citta yang dikenal sebagai tokoh pendidikan masa kini melanjutkan sesi interaktif dengan menantang para siswa untuk mempertimbangkan relevansi pendidikan saat ini.

“Apa pentingnya sekolah saat ini?” tanya Kanya, pertanyaan tersebut tentu saja memicu diskusi dan perdebatan di antara para peserta. Sesi Cania Citta berhasil mengajak siswa berpikir kritis tentang tujuan bersekolah.

Bro Gamal, seorang YouTuber yang cukup populer di kalangan anak muda, membahas tentang realita dalam mengejar impian, terutama dalam memilih pendidikan dan karir.

Menurutnya, impian seseorang yang tidak pernah berubah adalah keinginan untuk menjadi kaya. Sementara cita-cita lainnya akan berubah. Bro Gamal juga menceritakan pengalamannya bagaimana terkadang ketika menetapkan tujuan, ekspektasi awal melenceng dari hasil akhir.

Sesi keempat diisi oleh Jebung yang terkenal dengan podcastnya “Tanjung Mikir Bersama Jebung”. Jebung bercerita tentang perjalanan pribadinya yang penuh tantangan semasa SMA, dan akhirnya ia menemukan “tempat aman” melalui lingkaran pertemanannya.

Jebung menekankan pentingnya memiliki tempat di mana masyarakat bisa “berbicara” dan mengungkapkan perasaan tanpa rasa takut. Setiap orang berhak dan membutuhkan ruang aman yang mendukung pertumbuhan emosional dan kesejahteraan mental mereka.

Acara penutup sesi Ruang Dialektis diawali oleh Stevie Thomas pendiri MudaBerdaya yang berdiskusi bersama Bro Gamal dan Jebung berbagai persoalan penting yang dihadapi generasi muda saat ini, antara lain impian dan masa depan, konsistensi dalam mencapai tujuan, membangun sistem pendukung yang efektif. tersebut, hingga permasalahan yang sering muncul pada generasi muda seperti adiksi atau kecanduan yang tidak produktif.

Sesi penutupan disambut antusias oleh para peserta dengan banyaknya pertanyaan yang menjadi perhatian mereka.

Acara Penalaran Dahsyat edisi khusus ini sukses diselenggarakan dengan peserta lebih dari 100 orang. MudaBerdaya berharap program tersebut dapat menjadi gerakan yang dapat mengasah pemikiran kritis dan kesiapan mental menghadapi tantangan dan kegelisahan generasi muda Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *