TRIBUNNEWS.COM – Beberapa tim voli putra Liga Voli Korea 2024/2025 mengkritik organisasinya, KOVO, karena mengabaikan pasar pemain di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Pelepasan pemain terdaftar Perempatfinal Liga Voli Korea (Putra) Asia 2024/2025, belum ada pemain voli Indonesia yang ikut.
Sementara Megawati Hangestri menunjuk pada keberhasilan Pertiwi dan Daejeon JungKwanJang Red Sparks, tim putra Liga Bola Voli Korea percaya bahwa hanya sedikit pemain yang memenuhi syarat untuk mendukung lini mereka.
KOVO mengikuti Perempatfinal Asia Beregu Putra Liga Voli Korea 2024/2025 yang berakhir pekan lalu di Pulau Jeju. (Dari kiri ke kanan), Doni Haryono, Farhan Halim dan Rivan Nurmulki mewakili tim voli putra nasional Indonesia pada SEA Games 2021 di Vietnam. Indonesia mengalahkan tuan rumah 3-0 untuk memenangkan turnamen atau medali emas. (Instagram @ieufarhan)
Pemain bola voli Indonesia tidak terdaftar. Salah satu alasan kuat absennya Rivan Nurmulki dkk adalah konflik dengan Proliga 2024.
Bahkan, pada tahun lalu, sebanyak 7 pemain voli putra Indonesia didaftarkan pada turnamen Liga Voli Korea untuk menyeleksi pemain asing asal Asia. Hanya saja saat itu, hanya Randy Talangang dan Dimas Saputra yang berangkat ke Korea Selatan untuk mengikuti penelitian tersebut.
Sedangkan lima pemain sisanya fokus pada TC SEA Games 2023.
Namun untuk mencontohnya, Indonesia hanya menempatkan Megawati Hangestri Pertiwi di Liga Bola Voli Wanita Korea 2024/2025.
Salah satu pelatih timnas putra Liga Voli Korea menyayangkan hal tersebut.
Ia yang enggan disebutkan namanya mengkritik KOVO yang cenderung mengabaikan pemain asing asal Asia Tenggara, khususnya di kategori putra.
Lalu ia mencontohkan Megawati Hangestri.
Menurutnya, banyak pemain Indonesia yang bisa mengikuti Liga Voli Korea divisi putra. Musim lalu, hampir semua tim ingin bergabung dengan Rivan Nurmulki.
Sayangnya, Rivan tidak terpilih karena saat itu ia tidak mengikuti kualifikasi.
“Jika saya melihat V-League Wanita yang sangat sukses bersama JungKwanJang (Red Sparks) Megawati, pasar pengiriman tim putra di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, tidak bisa diabaikan,” jelas Korea Volleyball League putra. . guru. grup, diposting di situs web Naver.
“Bahkan tidak bisa kita pungkiri bahwa perlu ada strategi baru yang diterapkan KOVO untuk menarik pemain asing dari Asia,” imbuhnya.
Kebijakan KOVO dalam menarik pemain asing masih dalam pengawasan karena mereka harus mendaftar dan lolos terlebih dahulu.
Padahal, di setiap liga bola voli, tim hanya perlu bernegosiasi dan menyepakati biaya transfer untuk memperoleh perlengkapan asing.
Namun aturan Liga Voli Korea memaksa para pelatih untuk menyetujui reservasi pemain yang terdaftar selama proses seleksi.
Khusus di pasar bursa Asia, kehadiran Megawatt menjadi jaminan kesuksesan game ini.
Di sisi lain, pemain asing asal Asia ramah terhadap sisi finansial tim karena gajinya tidak setinggi pemain non-Asia.
Buktinya, Megawati mendapat gaji Rp 1,5 miliar pada Liga Voli Korea musim pertama.
(Tribunnews.com/Giri)