Benarkah Terjadi Miscarriage of Justice dalam Kasus Vina? Psikolog Forensik Beberkan 2 Kejanggalan

TRIBUNNIES:

Apalagi, tim kuasa hukum kedelapan tersangka baru-baru ini mengungkap sejumlah pelanggaran.

Mereka menilai banyak terjadi pelanggaran, terutama pada dakwaan terhadap terdakwa dan fakta persidangan.

Benarkah terjadi miscarriage of justice dalam kasus kematian Veena?

Miscarriage of justice adalah suatu kondisi hukum dimana seseorang yang tidak bersalah dituntut atau bahkan dihukum karena suatu kejahatan, terlepas dari apakah ia melakukan kejahatan tersebut atau tidak, namun proses penegakan hukum mengekspos dia sebagai pelaku kejahatan tersebut.

Psikolog forensik Riza Indragiri tak menampik dampak miscarriage of justice dalam kasus pembunuhan Amriel Vina. Ia pun menyarankan agar kasus tersebut dikembalikan ke titik nol, apakah memang ada pembunuhan. Dan benarkah pemerkosaan itu terjadi?

Ada kesan subversif terhadap keadilan, kata Reza. Bukan hanya kesalahan polisi, tapi juga pelanggaran keadilan. “Ini berarti semua badan peradilan pidana harus membuka kembali kasusnya. / 5/2024).

Persoalan kedua, ada 3 daftar pencarian orang (DPO) dalam kasus “Vina”, kata Reza. Menurutnya, yang terpenting jika kita fokus pada permasalahan 3 DPO tersebut, maka penyidikan tidak akan mengungkap adanya kesalahan keadilan.

“Masalah utamanya adalah dua pertanyaan saya di atas, sehingga dokumen tersebut akan diperiksa kembali,” tegasnya. “Tidak tergantung ditangkap atau tidak, atau bahkan ada tiga atau empat DPO.

Riza mengatakan, video Vina menyentuh emosi masyarakat. Dia tersiksa membayangkan bagaimana orang lain diperkosa dan dibunuh. Namun ketika dia berbicara dengan sutradara dan produser, asal muasal cerita pemerkosaan tersebut datang dari sumber yang tidak terduga.

Selain itu, pemerkosaan menurut undang-undang tidak dianggap sebagai kasus pidana, tambahnya. Saya dengar dia bilang “sperma” dari Direktorat Intelijen Kriminal Polda Jabar saat ini.

“Sperma adalah masalah medis. Namun latar belakang psikologis sperma berhubungan dengan testis. Jika air mani tersebut merupakan hasil aktivitas seksual yang intens, maka dapat dikatakan sebagai bukti pemerkosaan. Namun jika aktivitas seksual konsisten. jadi tidak ada kasus pidana,” ujarnya.

Riza masih meragukan persepsi masyarakat dibutakan oleh narasi yang diciptakan film “Vina”. Ini pembunuhan dan ini pemerkosaan.

Perhatian masyarakat ini disebabkan adanya penggeledahan 3-4 DPO, dan pada awalnya masyarakat kurang memperhatikan proses penegakan hukum pembunuhan dan pemerkosaan.

Setelah dokumen hukum dirilis dan pejabat polisi setempat angkat bicara, perhatian publik kini terfokus pada apakah pembunuhan dan pemerkosaan tersebut benar adanya.

Dia menambahkan: “Jika memang ada dua korban yang dibunuh dan diperkosa, saya setuju pelakunya harus dihukum mati.” Namun proses penegakan hukum terkesan tidak terorganisir, tidak proporsional dan tidak profesional. Jadi kami harus meninjaunya.”

“Jika penyelidikan menyimpulkan telah terjadi miscarriage of justice, bebaskan dan rehabilitasi pelakunya,” tambahnya. Dan beri mereka kompensasi.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *