Begini Penjelasan Produsen soal Susu Ikan yang Diwacanakan untuk Program Makan Bergizi Gratis

TRIBUNNEWS.COM – Ikan dan produk susu rencananya akan menggantikan susu dalam program makan gratis bergizi di era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabumin Raka mendatang.

Perdebatan mengenai penggunaan susu ikan terjadi pada saat produksi susu dalam negeri diperkirakan tidak mencukupi.

Namun wacana seputar penggunaan susu ikan telah membingungkan masyarakat tentang cara pembuatannya dan mendapat kritik dari para ahli gizi.

Jadi bagaimana sebenarnya susu ikan dibuat?

CEO PT Give Technology Yogie Arry mengungkapkan susu ikan terbuat dari asam amino yang berasal dari ikan.

Pasalnya, PT Give Technology merupakan salah satu produsen susu ikan yang saat ini beredar di masyarakat sekitar.

Menurutnya, asam amino pada ikan tersebut berbentuk bubuk.

Bahan utama minuman protein susu ini adalah asam amino ikan bubuk, kata Yogi, dikutip dari program Newsroom Chat YouTube Kompas.com, Kamis (12/9/2024).

Prosesnya dimulai dengan memasukkan ikan utuh ke dalam mesin, menggunakan metode proses satu langkah atau beberapa langkah sekaligus.

Tiga produk yang bisa dihasilkan dari proses ini adalah asam amino ikan, minyak ikan, dan produk samping tulang ikan, kata Yogi.

Yogi mengatakan, asam amino dari ikan merupakan komponen utama susu ikan.

“Jadi bahan utamanya adalah asam amino dalam bentuk bubuk, dan kami memberi rasa sesuai permintaan pasar,” kata Yogi.

Faktanya, susu ikan diproduksi dalam berbagai rasa, kata Yogi.

Yogi mengatakan, saat ini ada tiga rasa yang tersedia di pasaran: strawberry, vanilla, dan coklat.

“Kemudian minuman berprotein ini mulai menyebar dan sekarang masyarakat mengenalnya dengan sebutan susu ikan,” imbuhnya.

Sedangkan bahan baku susu ikan dipilih dari hasil tangkapan nelayan tradisional.

Hal ini membuat harga susu ikan relatif terjangkau, lanjutnya.

Ia menjelaskan mengapa ikan hasil tangkapan nelayan tradisional dipilih karena sudah tidak terpakai dan tidak bisa dijual di pasar.

“Mereka tidak mendapatkan harga yang bagus sehingga akhirnya mereka kembalikan (ikan yang tidak terjual) ke laut sehingga menimbulkan pencemaran laut,” kata Yogi.

Sementara itu, Yogi mengatakan industri susu ikan telah menghidupkan kembali siklus perekonomian tradisional para nelayan.

“Ini secara langsung meningkatkan pendapatan mereka,” katanya.

Susu ikan telah dikritik oleh ahli gizi

Sebelumnya, Dr Tan Shot Yen, seorang dokter dan ahli gizi masyarakat, mengkritik susu ikan sebagai pengganti susu sapi untuk memenuhi kebutuhan program makanan bergizi gratis.

Mr Tan menekankan bahwa masyarakat harus makan ikan utuh, bukan hanya ekstraknya.

“Setahu saya masyarakat sebaiknya makan ikan, bukan ekstrak ikan. Kalau bicara ekstrak ikan, tentu ada syarat-syarat tertentu,” kata Tan, Rabu (11/9/2024).

Sebelum susu ikan digunakan dalam rencana nasional, para pembuat kebijakan harus terlebih dahulu memahami tujuannya, kata Tan.

Ia mengatakan, jika pemanfaatan susu ikan untuk meningkatkan gizi masyarakat, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.

Lebih lanjut Pak Tan mengatakan masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke memiliki ciri khas pangan lokal yang berbeda-beda.

“Kita mempunyai pangan lokal yang berlimpah dan setiap orang mempunyai hak untuk hidup sehat berdasarkan sumber daya alam terbaik. Jadi sekali lagi kita harus makan susu daripada meminumnya.”

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Erik S)

Artikel lain terkait program makan siang gratis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *