Batik Kendil Emas Punya Lima Motif, Diperkenalkan Bupati Kendal dan Chacha Frederica

 

Reporter Tribunnews.com Aysia Nursiamsi melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan seni, corak, dan filosofi batiknya masing-masing. 

Bupati Kendall Dicko M. 

Karena istri bupati Frederica, atau Chacha begitu ia disapa, adalah seorang seniman, ia diangkat menjadi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Kabupaten Kendal (Decranas). 

Salah satu misinya adalah memajukan usaha mikro, kecil dan menengah lokal (MIPIME) di kalangan perajin. 

Di sisa masa jabatannya, Chacha Kendal akan mempersembahkan batik Kendal sebagai warisan budaya yang dihadiahkan dengan tema “Kendi Emas”. 

Bibi Frederica mengatakan, “Kami ingin memperkenalkan batik asli daerah Kendal agar Kendal juga dikenal memiliki batiknya agar diingat masyarakat. Tamu sering bertanya batik Kendall yang mana, tapi sekarang sudah dipatenkan”. Konferensi pers di Le Nusa, Jakarta, (20/20/2024)

Chaka Kendil berbicara tentang arti tema tersebut. Tema tersebut diangkat dari cerita rakyat khas Kendal yang mengandung nilai budaya dan kearifan lokal yang mendalam. 

Setiap helai batik dirancang dengan cermat untuk mewakili keindahan, kearifan dan semangat masyarakat Kendal yang hidup dalam kisah “Kendal Emas”. 

Pameran batik ini tidak hanya menampilkan karya seni berupa pola dan warna.

Namun juga mencoba menghidupkan kembali cerita-cerita lama yang mengakar kuat di masyarakat Kendal.

Agar warisan budaya tersebut dapat terus dikenal, dipahami dan diapresiasi oleh generasi sekarang dan mendatang.

Desain lima titik ini melambangkan kebanggaan dan jati diri masyarakat Kendal yang kuat. 

Kelima motif yang diperkenalkan di dalamnya yaitu Bahurekso, Agra Samudra, Akara Kundika, Kendalasari dan Bhumi Kendala Pura Sogan. 

Mel Ahyar menjelaskan maksud dari lima alasan tersebut. 

Bahurekso Tumengung berkisah tentang Bahurekso sebagai Bupati Kendal pertama dengan motif seperti Jalan dan Manusia. 

Batik Agra Samudra menampilkan keindahan alam Kendal mulai dari pegunungan hingga laut yang ditampilkan dalam bentuk titik dan garis.

Akara Kundika menampilkan gambar burung kenda dan burung kolibri dengan motif eksotis yang mewakili kenda plantera. 

Kendalasari terinspirasi dari kisah Sunan Katong yang terpesona dengan keindahan pohon Kendal.

Terakhir, Bhumi Kandalapura Sogan menggambarkan kendala Dinasti Majapahit akhir, dengan motif Kerala dan Kandy yang disusun dalam pola melingkar. 

Disajikan dengan daun pohon kendal dan ukiran Majdahit Heritage.

Mel Akhyar juga menjelaskan, motif batik ini bertema Kandy karena Kandy memiliki sejarah Resimen 9 tersendiri.  Kapal itu dulunya adalah pewaris besi.

Jadi Kendall Kendall adalah pewaris Resimen 9. Dulunya besi, tapi sekarang kita ubah menjadi emas, jelas Mel Ahar sekaligus. Kita berharap mangkok emas ini semakin mulia dan sejahtera. 

Baju batik khas ini menjadi aset masyarakat Kendal sebagai simbol budaya yang berharga. 

Oleh karena itu Diko berharap batik ini terus berlanjut hingga ke arah berikutnya. 

“Siapa pun yang mengambil alih diharapkan terus menjaga dan menjaga aset budaya ini, menghormati masyarakat Kendal, dan menjaga warisan daerah,” pungkas Dicko.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *