Banggar DPR Berharap APBN 2025 Bisa Atasi Tantangan Ketidakpastian Ekonomi Global

Dilansir jurnalis Tribunnews.com, Farsianus Vaku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Badan Anggaran (Bangar) DPR RI Said Abdullah berharap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 dapat mengatasi tantangan ketidakpastian perekonomian global.

Hal itu disampaikan Said saat rapat kerja dengan perwakilan pemerintah di Kompleks Parlemen Senan, Jakarta, Kamis (4 April 2024).

“Kami ingin APBN tahun 2025 menjadi lebih baik, berkualitas dan berkelanjutan serta mampu menjawab tantangan ketidakpastian perekonomian global,” ujarnya.

Ia berharap APBN 2025 juga dapat memenuhi amanat konstitusi, khususnya untuk kesejahteraan warga negara.

Said menegaskan, pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Prinsip-prinsip Pedoman Kebijakan Moneter (KEM-PPKF) dan FCR 2025 merupakan hal yang sangat penting dan strategis.

“Tahun 2025 merupakan tahun pertama pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subian dan tahun pertama pelaksanaan RPJMN 2025-2029,” ujarnya.

Oleh karena itu, setiap kebijakan dan ROC 2025 yang dikembangkan pada perundingan awal akan menjadi acuan dan kerangka kerja pemerintahan Prabowo.

Said menjelaskan, pihaknya membahas kebijakan fiskal, fundamental, pendapatan, defisit, dan kredit.

Berikutnya, Kebijakan Belanja dan Transfer ke Daerah (TKD) Pemerintah Pusat, serta Rencana Aksi Pemerintah dan Prioritas Anggaran RAPBN 2025.

Ia berharap asumsi dasar ekonomi makro dan tujuan pembangunan tahun 2025 menjadi jawaban atas tantangan perekonomian dan keuangan global yang masih diselimuti ketidakpastian.

“Tekanan terhadap rupee yang terus melemah menjadi permasalahan tersendiri karena perekonomian nasional rentan terhadap tekanan dan perubahan eksternal,” kata Said.

Selain itu, Said mengatakan Indonesia masih tertahan di pertumbuhan ekonomi lima persen.

Oleh karena itu, ia menilai penting bagi Indonesia untuk segera menemukan resep untuk lebih mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

“Mengingat kita berada dalam bonus demografi, itu memungkinkan kita untuk tumbuh lebih besar lagi,” kata.

Selain itu, Indonesia telah melakukan proses transformasi struktural yang diharapkan dapat berdampak positif terhadap perbaikan struktur perekonomian.

Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi landasan dan modal untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah menuju Indonesia Emas 2045.

Said juga mendorong terobosan kebijakan di bidang perpajakan dan PNBP pada tahun 2025.

Menurut dia, hal tersebut bisa dicapai dengan penerapan Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan (HPP) dan melakukan reformasi perpajakan secara efektif.

Selain itu, Said mendorong prioritas belanja pemerintah fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM), peningkatan kualitas layanan kesehatan, dan peningkatan kualitas pendidikan.

Kemudian ketahanan pangan, industri hilir, pengembangan infrastruktur strategis, mendorong dunia usaha dan membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Said juga meminta pemerintah untuk mengadopsi skala prioritas untuk mengatasi masalah mendasar seperti kemiskinan ekstrem, stunting, dan pemborosan.

Ia optimistis pemerintah telah menetapkan tujuan penting untuk menurunkan stunting secara bertahap, meski belum ada upaya terpadu dari para pemangku kepentingan dalam beberapa isu strategis.

“Masalah dwarfisme bukan hanya menjadi tanggung jawab 1-2 Kementerian/Lembaga (L/L). Oleh karena itu, seluruh L/L harus siap bekerja sama menyelesaikan masalah dalam satu ritme,” ujarnya.

Lebih lanjut, Said berharap alokasi 20 persen anggaran pendidikan dapat dioptimalkan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional sehingga mampu melahirkan tenaga terampil, terdidik, inovatif, dan beretika.

Menurutnya, dalam lima tahun ke depan, Indonesia bisa menurunkan angka pengangguran lulusan sekolah menengah dan kejuruan secara signifikan.

“Kami tidak ingin lagi Generasi Z menganggur, putus sekolah, tidak bekerja, atau mengikuti pelatihan atau masuk pekerjaan, pendidikan, dan pelatihan (NEET),” ujarnya.

Selain itu, Said juga meminta harmonisasi data jaminan sosial terpadu (DTKS), registrasi sosial ekonomi (Regsoek), dan percepatan pengentasan kemiskinan ekstrim (P3KE) agar program kesejahteraan sosial runtut dan efektif.

“Kami tentu berharap alokasi anggaran jaminan sosial lebih terukur dan akurat, serta tidak ada lagi kesalahan dalam hal eksklusi dan inklusi,” ujarnya.

Sebab, pihaknya masih terkendala penyaluran dana transfer antar daerah.

Menurut Said, pemerintah bisa mengupayakan kemajuan struktural dan kelembagaan dengan menghilangkan ego sektoral antar kementerian dan lembaga yang terlibat dalam pengelolaan TKD.

Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan penerbitan pedoman/juknis dan peraturan kementerian/lembaga terkait yang akan dikoordinasikan dan diselaraskan satu sama lain sebelum dimulainya tahun anggaran,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *