Band Metal Berhijab Asal Garut Ini Akan Tampil di Festival Musik Terbesar di Inggris Besok

Voice of Beseprot (VoB) menjadi band Indonesia pertama yang tampil di Glastonbury Festival 2024, festival musik terbesar di Inggris yang berlangsung pada 26-30 Juni 2024. VoB akan tampil pada Jumat 28 Juni 2024.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nama band ini memang unik.

Namanya merupakan gabungan bahasa Inggris dan Sunda.

Vokal oleh Baceprot (VoB).

Suara artinya bunyi, beseprot artinya suara atau pembicaraan.

Hanya butuh waktu tiga tahun bagi band yang dipimpin oleh tiga gadis asal Desa Banjarwangi, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat ini, hingga tenar di Eropa dan Amerika.

Keistimewaan lainnya, ketiga personel – Firda Marsya Kurnia (vokal dan gitar), Vidi Rahmawati (bass), dan Iyus Siti Aisyah (drum) – berjilbab.

Ketiga anggota kru VoB ini berteman sejak bersekolah di madrasah.

Meski perempuan, mereka memilih genre rock progresif metal. Pengisi suara band Baceprot (dari kiri Widi, Siti, Firdda). (Foto: Nicole Corby) ()

Pada konferensi pers virtual yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Jumat (21/6/2024), Duta Besar RI untuk Inggris Desara Believ menyampaikan bahwa VoB terpilih menjadi band Indonesia pertama yang tampil di ajang bergengsi Festival Musik Glastonbury. . Inggris.

Ia menambahkan, Festival Glastonbury diadakan setiap tahun di Pilton Village, Somerset. Festival ini setara dengan Woodstock Music Festival yang bergengsi di Amerika Serikat.

Band dan penyanyi global lainnya juga akan tampil di Festival Glastonbury, termasuk Coldplay dan Dua Lipa. Lagu-lagu VoB penuh makna.

“Melalui karya musik, VoB tidak hanya menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat, toleran, dan cinta damai, tetapi yang lebih penting mengangkat isu-isu sosial, kemanusiaan, dan lingkungan hidup,” ujarnya.

Desra mencontohkan lagu VoB “Lord, Let Me (Please) Play Music.”

Sedangkan lagu “Musuh Bumi adalah Kamu” merupakan lagu yang mengangkat isu kerusakan lingkungan akibat ulah manusia.

Diundang untuk berpartisipasi dalam Festival Musik Glastonbury adalah salah satu pencapaian VoB yang paling penting dan bersejarah. Mereka berangkat ke Inggris Minggu depan.

“Saya selalu tekankan kepada rekan-rekan diaspora di Inggris bahwa mereka adalah duta besar Indonesia yang sebenarnya. Tentu misi mereka akan mengharumkan nama Indonesia di Inggris,” kata Desra.

Dalam kesempatan itu, Firda mengatakan VoB terbentuk pada 14 Februari 2014. VoB mulai diminati penggemar pada tahun 2015 ketika ia mengunggah penampilannya dari band rock legendaris Amerika, Rage Against the Machine, ke YouTube.

VoB dilanjutkan dengan membawakan lagu-lagu dari berbagai band besar global seperti Red Hot Chili Peppers, Metallica dan Slipknot.

Pada tahun 2017, VoB mulai menarik perhatian media dunia ketika ia membawakan lagunya yang berjudul “Musuh Bumi Adalah Kamu” di sebuah festival musik di Garut dan Studio. Setahun kemudian, lagu ini dibawakan oleh Erwin Gutawa Orchestra di Jakarta.

Ia menambahkan, lagu “You Are The Enemy Of The Earth” membuat VoB diundang tampil di sana oleh gitaris band rock legendaris Rage Against the Machine di Amerika Serikat.

Namun visanya tertunda sehingga kesempatan itu hilang. Namun, VoB terus bekerja.

“Akhirnya tahun 2021 kami melakukan tur Eropa pertama. Kemudian tahun 2022 kami kembali melakukan tur Eropa. Saat itulah kami berkesempatan mengikuti Wacken Open Air 2022 (di Jerman). Amerika Serikat sembilan angka,” kata Firda.

Prestasi lainnya adalah lagu “Tuhan, Biarkan Aku (Tolong) Bermain Musik” berhasil meraih VoB Award untuk Band Rock Terbaik tahun 2022 dari Anugerah Music Indonesia (AMI). Setahun kemudian, Retas masuk dalam album 50. Album metal terbaik menurut majalah Kerran.

Tahun lalu, lagu “The Enemy of Earth is You” masuk dalam 50 lagu metal terbaik menurut majalah Inggris Metal Hammer.

Mulai Oktober 2023, VoB memutuskan untuk tidak memperbarui kontraknya dengan perusahaan rekaman di Jakarta mulai tahun 2020 dan pindah kembali ke kampung halamannya di Garut. Firda, Widi dan Euis menilai VoB lebih cocok sebagai band independen.

“Saat ini kami sudah kembali ke wilayah Banjarwangi, tiga jam dari kota Garut, tepatnya di Garut dan kami sudah kembali menjadi musisi mandiri. Di desa tersebut, kami bertiga berniat membangun ekosistem musik dan menggerakkan masyarakat sekitar. , yang telah terhubung bersama sejak awal (VoB). “Ya,” katanya.

VoB menerima undangan untuk menghadiri Festival Musik Glastonbury melalui email pada tanggal 26 Maret 2024. Di Glastonbury, VoB diatur waktunya selama 30-45 menit.

Farda menegaskan, VoB akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menampilkan budaya Indonesia dengan banyak memasukkan unsur nada Sunda. Selain itu, sekembalinya Widi dan Yuis akan terlihat mengenakan pakaian modern dan tradisional Indonesia.

VoB (bukan) milik umum, musuh Bumi adalah kalian yang berbicara tentang manusia sebagai penghancur sifat, mencerahkan manusia tentang alam dan Tuhan yang nomor satu, izinkan saya (tolong) bermain musik.

Sebagai warga desa, ketiga karyawan VoB ini mendapatkan pengalaman tak terlupakan saat pertama kali berangkat ke luar negeri.

Vidi Rahmawati (bass) mengaku kaget karena sandwich daging atau hamburger lebih banyak jumlahnya di Eropa dibandingkan di Indonesia.

Firda pernah ditangkap petugas imigrasi karena mengira dirinya masih anak-anak. Ketiganya pun kerap mendapat diskon saat makan di restoran, karena dianggap masih muda. Sementara itu, Euis Siti Aisyah (drum) kaget karena tidak ada sampah di tempat umum di Denmark.

Ketiganya berasal dari desa, tapi minggu depan VoB akan mencoba mengguncang Glastonbury.

Pembina musik Suhardono Anwar mengatakan kemunculan grup Voice of Basserot mampu menarik perhatian masyarakat umum, termasuk dunia internasional. Menurutnya sangat indah, grup baru yang bagaimanapun berhasil menarik banyak orang.

Menurutnya, lagu-lagu yang dinyanyikan kelompok ini meningkatkan kesadaran akan masalah sosial dan menantang keyakinan diskriminatif. Kehadiran VoB di kancah musik psychedelic memang sebuah fenomena.

Selain karyanya, kelompok ini tampaknya mematahkan stereotip tentang Islam dan perempuan berhijab. 

Dunia musik yang sedang berkembang

Indonesia sudah tidak asing lagi dengan musik heavy metal dan Presiden Joko Widodo atau lebih dikenal dengan Jokowi dikenal sebagai penggemar band-band seperti Metallica dan Megadeth.

Negara ini juga menjadi tuan rumah bagi Festival Hammersonic, festival musik metal terbesar di Asia Tenggara.

“Dalam perjalanannya, scene punk dan rock Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu,” Mikail “Mike” Israfil, vokalis band punk Indonesia Marginal, mengatakan kepada Al Jazeera.

“Teknologi dan modernitas mempunyai pengaruh yang besar terhadap bentuk dan perkembangan dunia. Tantangannya adalah bagaimana menyikapi perubahan itu sendiri. Seniman masa kini menghadapi tantangan tersebut.” Menariknya, scene punk dan rock di Indonesia semakin terbuka, space-aware, dan form-aware, sehingga mampu menunjukkan kualitasnya.”

Dalam hal ini, kata Israfil, VOB “terus mendobrak batasan-batasan yang tidak memiliki kelas dan batasan.”

Hikmawan “Indra” Seifullah, yang bermain gitar di band indie Indonesia Alone dari tahun 2002 hingga 2013 dan merupakan profesor studi Indonesia di Universitas New England, mengatakan kepada Al Jazeera: “Keberadaan dan pencapaian VoB patut mendapat tepuk tangan.”

“Skena musik rock di Indonesia mempunyai sejarah yang panjang dan band serta musisinya sudah melegenda. Sayangnya, secara umum wilayah ini didominasi oleh band dan musisi laki-laki, dengan sedikit artis perempuan, padahal pada tahun 1960an dan 70an kita mempunyai populasi yang legendaris. – grup rock wanita bernama Dara Puspita adalah sebuah band.”

Oleh karena itu, Hikmawan menggambarkan VOB sebagai “generasi baru musik rock Indonesia”.

“Mereka memulai karirnya dari bawah dan berkembang secara dinamis. Berhijab tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus memainkan musik rock dan metal, meski banyak yang mengkritik, terutama dari kalangan konservatif.

“Lingkaran konservatif” ini mencakup keluarga perempuan tersebut, yang pada awalnya enggan.

Orang tua Marysa melarang dia bermain, dan ketika dia pulang larut malam setelah tampil di sebuah festival, dia mendapati dirinya dikurung di luar rumah sebagai hukuman.

“Saya harus duduk di luar berjam-jam sebelum mereka membuka pintu,” katanya sambil tertawa mengingat kenangan itu.

Dalam kasus Vidi, kakak perempuannya tidak ingin menghadiri festival musik, dengan mengatakan bahwa dia “menghancurkan masa depannya” dengan bermain musik metal, sebuah sentimen yang juga diamini oleh keluarga Siti yang mencap karir musik barunya sebagai “tidak serius”. Hobi”.

Namun seiring meningkatnya ketenaran band, keluarga mereka berubah pikiran.

“Saat pertama kali mereka melihat kami di TV lokal, mereka mulai mendukung kami,” kata Widdy.

Sumber: VOA/Al Jazeera

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *