TRIBUNNEWS.COM – Band metal ‘Luang Peto’ (L7) percaya diri meluncurkan album pertamanya bertajuk ‘Anogra Harmony’.
Sebenarnya Lawang Pitu adalah band baru. Namun, mereka istimewa karena promotornya pernah merasakan garam dan asam di industri musik Tanah Air.
Sejak terbentuk pada tahun 2022, Skuadron Lawang Pitu yang didirikan oleh Asisi ‘ACC’ Basuki lahir dengan konsep musik metal yang kental.
Bersama Tommy Karmawan (gitaris band rock and roll Garoux), Sidtrio (gitaris Alumnus Junior Kos Plus) dan Arif Rahman (drum), mereka memainkan mahakarya Raja Metal, Metallica.
Tak puas hanya menjadi lambang Metallica, Assisi muncul dengan konsep musiknya sendiri. Terkumpul 12 lagu, kemudian dipilih 10 lagu terbaik untuk dimasukkan ke dalam album pertama mereka.
Dengan keinginan yang kuat untuk menjadi band metal dengan karyanya, Didi Katamsi yang legendaris, disambut oleh seorang mantan muridnya; ‘El Palms’, ‘Cantata’, dan band rock klasik, ‘Seven Years Letter’, yang menawarkan yang terakhir sebagai penyanyi, menyanyikan 10 karya terbaik L7.
Namun Dadi hanya bersama Luang Pato selama 6 bulan. Ia pamit untuk berangkat dengan alasan kondisi kesehatannya yang membuatnya tidak bisa mengikuti seluruh kegiatan L7.
Tak hanya Dodi, Tommy juga hengkang karena ingin beralih profesi menjadi seniman di Yogyakarta.
Ia meninggalkan jejak karya pada L7 berupa 9 lagu ciptaan ACC dan Sadtriyo serta logo unik ‘L7’ bernuansa metalik.
Perubahan signifikan dilakukan untuk membombardir telinga para metalhead dengan gemuruh karya dan cita-cita bermusiknya. Luang Pato Band digawangi oleh Isi ‘ACC’ Basuki, Tommy Karmawan, Sudarrio, Arif Rahman, Trison Manorong. (minuman cengkeh)
Pilihannya jatuh; Trison Manorong (vokalis ‘Roxas’ dan mantan murid ‘Eden’) menggantikan Duddy Katamsi, dan gitaris Jebonese menggantikan Tommy.
Peran utama Trison Manorong sebagai penyanyi dalam album ‘Anogra Harmony’ sangatlah penting.
Identitas Ben Roxx dan Edin di Tristan tidak bisa dihindari. Namun selama 1 bulan penuh ia memenangkan 10 lagu L7, dan bernyanyi dengan gaya yang berbeda.
Dengarkan saja lagu “Takdir”. Inilah Trison, bersatu dalam liriknya; “Cinta Tak Berbalas”.
Dan angka yang mendapat pujian kritis yang disebut ‘Ghadar’ bahkan lebih tinggi lagi. Ditambah lagi ada lead gitar soulful dari sang legendaris Eet Sjahrani.
Gibbons sebagai penerus Tommy mencoba meninjau kembali karya gitar Tommy yang selama ini menjadi dasar komposisi musik L7.
Hasilnya, Jobinez mampu menciptakan warna baru; “Batu ke logam”, untuk Long Pitou.
Keunggulan keempat adalah “kontrol” yang penuh dengan pola berbeda
Dengarkanlah gubahan lagu ‘Semangat Juang Pritvi’ yang nantinya bisa menjadi lagu kebangsaan atau lagu tema Laang Peto. Nada lagunya ceria, dengan lirik yang rumit. Berikan permasalahan pada pernyataan tersebut; “NKRI, Harga Kematian!”
Manfaat kelima; “Bassis dan Drummer”. Keduanya merupakan pemelihara pola ritme dalam setiap kumpulan lagu Langpato. ACC dan Arief bersama-sama membuat nama mereka sendiri, di antara suara-suara gestur yang liar, seperti di lagu ‘Dagelan’ dan ‘Pengkhianat’.
Keunggulan keenam adalah “Trefniant” yang sepenuhnya menjadi konsep musik yang terdengar berbeda dibandingkan karya band rock dan metal tanah air lainnya.
Semua catatan lagu dan lirik, dibuat bersama oleh staf; Tomi, Sidtrio, Arif dan Asis. Selain lagu “Takdeer”, lagu-lagunya ditulis oleh Trison dan lagu “Dithikkam Hurricane” ditulis oleh Sadatriyu. Serta kata-kata dan lagu ‘Semangat Juang Pertiwi’ yang diciptakan oleh Trison, ACC, Jibonez, Sadtriyo dan Arief.
Menyelesaikan keseluruhan rekaman album Anugerah Harmoni yang berlangsung di studio pribadi Lawang Pitu, ACC Records (ACC Studio Galaxy), perlu diketahui bahwa kesepuluh track lagu tersebut proporsional secara vokal, seperti karya musik “rock to metal” karena. Dari sound pendukung, dari hasil mastering Bayo Rando, kecuali lagu ‘Semangat Juang Pritwe’ yang di-mix dan di-master oleh Stephens Santoso.