TribuneNews.com – Seorang tentara Israel memposting video pendek yang menunjukkan sekelompok tentara Israel meledakkan bom menggunakan ketapel raksasa.
Bom api tersebut dilaporkan diluncurkan di Lebanon selatan, yang berbatasan dengan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Video tersebut telah dihapus dari postingan awalnya, namun telah diunduh dan diunggah ulang oleh beberapa X akun pengguna media sosial.
Keaslian video yang memperlihatkan tentara Israel menggunakan ketapel kemudian dikonfirmasi oleh media Israel, Channel 12.
Channel 12 melaporkan bahwa kelompok Hizbullah Lebanon telah membangun benteng di hutan yang berbatasan dengan Israel utara.
Channel 12, Kamis (13/6/2024) memberitakan, “Hizbullah juga memasang alat peledak untuk mencegah pasukan Israel memasuki Lebanon.”
Channel 12 menambahkan, keputusan penggunaan ketapel diambil di tingkat regional karena sulitnya mengaktifkan Angkatan Udara untuk misi jenis ini.
Selain itu, senjata kuno ini membutuhkan biaya penggunaan yang lebih murah dibandingkan senjata lainnya.
Outlet media Israel lainnya, Israel Broadcasting Corporation, melaporkan bahwa tentara Israel menggunakan ketapel untuk membakar Lebanon selatan.
Rekaman tersebut menunjukkan posisi militer Israel di depan kota Ramiya.
Tentara Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa hal itu adalah inisiatif lokal dan bukan alat yang digunakan secara luas.
Daerah perbatasan Lebanon bagian selatan penuh dengan bebatuan, semak belukar, dan tumbuhan berduri yang lebat.
Hal ini sebagai upaya jera bagi pasukan Israel yang ditempatkan di wilayah perbatasan untuk menghadapi Hizbullah.
Selama 6 bulan terakhir, militer Israel meluncurkan ‘proyektil’ yang melepaskan bom fosfor putih di sisi Lebanon untuk membakar hutan dan hutan di dekat perbatasan di Lebanon selatan.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan solidaritasnya terhadap Palestina menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza.
Hizbullah telah menyerang pertahanan Israel di Israel utara dengan rudal dan drone yang diluncurkan dari pangkalan Hizbullah di Lebanon selatan.
Hizbullah berjanji untuk berhenti menyerang Israel hanya jika Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza.
Di sisi lain, Israel menolak mundur dari Jalur Gaza sebelum berhasil mewujudkan keinginannya menghancurkan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas). Jumlah korban
Saat Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, kematian warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (12/6/2024) meningkat menjadi lebih dari 37.202 orang dan 84.932 lainnya luka-luka dan 1.147 orang tewas di wilayah Israel, seperti dilansir Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa.
Israel memperkirakan setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, diperkirakan 120 sandera masih hidup atau mati di Jalur Gaza dan masih ditahan oleh Hamas.
Sementara menurut laporan The Guardian pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel