Laporan dari surat kabar Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku bingung dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) target investasi Rp 1,850 triliun pada 2025, namun di satu sisi. Anggaran Kementerian Investasi lebih sedikit, yakni hanya 600 miliar dolar.
“Bagaimana mungkin target investasi dinaikkan menjadi 1.850 triliun dolar, anggarannya diturunkan dari target 1.400 triliun pada tahun 2023 yang anggarannya lebih dari 1,2 triliun dolar, sekarang targetnya dinaikkan tapi anggarannya diubah. Lebih dari Rp 600 miliar, yang membuat saya bingung.
Menurut Bahlil, tujuan investasi dan anggaran kementerian harus sama. Selain itu, investasi ini merupakan salah satu faktor penyebab tumbuhnya perekonomian Indonesia.
Yang terjadi pimpinan, kalau kita lihat dari anggaran, beban tujuan investasinya bertambah, tapi dibarengi dengan kenaikan anggaran, kata Bahlil.
Lanjutnya: “Nah, pada tahun 2025 saya hanya akan menemukan satu teori ekonomi seperti ini, kita akan mempelajari semua ini, jadi saya tidak akan banyak bicara dalam pertemuan ini, karena saya tidak dapat menemukan teori ini.”
Dalam pemaparannya, total anggaran Kementerian Investasi/BKPM tahun 2024 sebesar Rp1,299 miliar yang mencakup program dukungan manajemen sebesar Rp507 miliar. Program tersebut terbagi atas biaya operasional sebesar Rp361 miliar, biaya operasional personel sebesar Rp249 miliar, biaya operasional barang sebesar Rp112 miliar.
Kemudian biaya non operasional sebesar Rp146 miliar menjadi biaya prioritas nasional. Dan juga biaya nasional non-prioritas sebesar 146 miliar Rial.
Kemudian anggaran program penanaman modal sebesar 721 miliar dolar dibagi antara belanja non operasional sebesar 721 miliar dolar, prioritas nasional sebesar 487 miliar dolar, dan prioritas non-nasional sebesar 233 miliar dolar.
Sedangkan pagu indeks anggaran yang dialokasikan pada tahun 2025 sebesar 681 miliar Rial. Terbagi antara program dukungan manajemen sebesar Rp359 miliar, biaya operasional sebesar Rp359 miliar, biaya operasional personel sebesar Rp252 miliar, dan biaya operasional barang sebesar Rp107 miliar.
Kemudian, alokasi anggaran untuk program penanaman modal sebesar 322 miliar Rial yang mencakup 222 miliar Rial untuk prioritas dan 100 miliar Rial untuk prioritas non-nasional.