Bagaimana El Nino and La Nina Pengaruhi Cuaca?

Ketika suhu panas terus melanda Asia Tenggara, berbagai negara mulai mengeluarkan peringatan, terutama Thailand, di mana 30 orang dilaporkan meninggal akibat gelombang panas tahun ini.

Sebagai tindakan pencegahan, sekolah-sekolah telah ditutup di banyak negara.

Misalnya saja, penutupan sekolah di Bangladesh diperkirakan berdampak pada 33 juta anak. Sementara itu di Filipina, kekeringan dilaporkan terjadi di lebih dari separuh provinsi di negara tersebut.

Menurut para ilmuwan, siklus El Nino yang seharusnya berakhir pada Desember 2023 menjadi penyebab panas ekstrem dan kekeringan di Asia Tenggara tahun ini.

Secara umum, Asia mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan rata-rata global dan pada tahun 2023 akan menjadi wilayah yang paling terkena dampak bencana akibat cuaca ekstrem.

Tidak hanya di Asia, El Nino juga mendatangkan malapetaka di seluruh Afrika. Pada tanggal 4 April, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa mendeklarasikan “darurat kekeringan” dan “situasi pangan yang mengerikan akibat dampak El Niño”.

Zambia dan Malawi juga telah menyatakan keadaan darurat kekeringan akibat El Nino, yang menyebabkan kerusakan tanaman pangan di wilayah selatan Afrika.

Fenomena suhu hangat di Samudera Pasifik atau El Nino terkait dengan rekor kenaikan suhu global pada tahun 2023, tahun terpanas yang pernah tercatat.

El Niño diikuti oleh La Niña, yang membawa suhu lebih dingin dan cuaca basah, dan sering kali menyebabkan angin topan dan topan. Bagaimana El Nino menyebabkan cuaca ekstrem?

El Niño adalah fase dari El Niño–Osilasi Selatan, ENSO, pola cuaca yang biasanya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun.

Fenomena ini terjadi ketika angin pasat biasa yang bertiup dari timur ke barat melemah bahkan berbalik arah.

Angin ini terjadi di atas garis khatulistiwa dan membawa udara hangat dari Amerika Selatan ke Asia Tenggara dan Australia.

Masalahnya adalah ketika angin pasat mereda, air hangat tetap berada di perairan Amerika Selatan dan tidak mengalir ke barat.

Ketika suhu yang lebih hangat meningkatkan aliran air dingin yang umum terjadi di Pasifik timur, tambahan panas di atmosfer kemungkinan akan meningkatkan curah hujan regional dan menyebabkan banjir di bagian utara Amerika Selatan, termasuk Bolivia.

Gangguan distribusi panas air laut akibat El Niño dapat mengubah jalur aliran jet alami, bahkan koridor angin yang melintasi planet dan mengarahkan curah hujan. Hal ini menyebabkan gangguan cuaca yang meluas, termasuk terhentinya musim hujan di Indonesia dan India, namun juga mengurangi aktivitas badai di Atlantik.

Selain itu, El Nino juga diperkirakan akan menyebabkan hujan lebat dan bencana banjir di Afrika Timur pada akhir tahun 2023.

Banjir telah menewaskan sedikitnya 120 orang dan memaksa 700.000 warga Kenya mengungsi.

Namun, para peneliti meyakini bahwa pengaruh El Niño terhadap curah hujan di Afrika Timur tidak bersifat langsung. La Nina adalah teman badai dan angin topan

La Niña, fase penting lainnya dalam ENSO, memiliki efek berlawanan dengan El Niño, yang ditandai dengan angin timur-barat yang lebih kuat.

Pergerakan air hangat ke Pasifik bagian barat menyebabkan peningkatan curah hujan di Australia dan Asia Tenggara.

Fase La Niña dapat memicu kekeringan dan kebakaran hutan di Amerika Serikat bagian barat daya dan Pasifik bagian timur, dari Meksiko hingga Amerika Selatan.

La Niña juga secara umum meningkatkan aktivitas badai di Cekungan Atlantik, sebuah fenomena yang diperburuk oleh rekor peningkatan suhu permukaan laut di Samudera Atlantik. Pemanasan global memperburuk ENSO

Meskipun La Niña dan El Niño merupakan pola cuaca alami, dampak relatifnya dapat bervariasi tergantung pada waktu, durasi, dan dampak iklim yang kompleks, termasuk pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Namun, bukti ilmiah menegaskan bahwa perubahan iklim telah membuat fenomena ENSO semakin sering dan intens.

Para ilmuwan mengatakan akibat memanasnya permukaan bumi, siklus El Nino dan La Nina kemungkinan akan semakin parah. Udara yang lebih hangat menampung lebih banyak air dan menyebabkan curah hujan lebih deras.

Menurut penelitian, dekarbonisasi total melalui penghapusan bahan bakar fosil adalah cara paling ampuh untuk membatasi pemanasan global dan dampak ENSO.

RZN/HP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *