Babak Baru Kasus Vina, Saksi Kunci Akui Beri Kesaksian Palsu pada 2016, Ini Sosok yang Memerintah

TRIBUNNEWS.COM – Kasus Veena Cirebon telah memasuki babak baru.

Pasca pembebasan Peggy Setiawan, sejumlah saksi memberikan keterangan baru atas kejadian berujung meninggalnya Veena dan kekasihnya Eki.

Salah satu saksi kunci adalah Dede (30).

Dede merupakan salah satu saksi kunci yang diyakini memiliki informasi akurat terkait kasus pembunuhan tragis tersebut.

Namun Dede mengaku dalam pernyataan terbarunya bahwa ia melakukan sumpah palsu pada tahun 2016.

Di hadapan Dedi Mulyadi, Dede mengaku ada saksi kunci lainnya, Aep yang mengajaknya berbohong.

Sumpah palsu Dede menyebabkan 8 terpidana dipenjara.

Dalam tayangan YouTube Dedi Mulyadi, Dede pertama kali bercerita tentang awal mula pertemuannya dengan aplikasi tersebut.

Ia dan Aep rupanya pernah bekerja di tempat cuci mobil uap di Kota Cirebon, Kecamatan Kaisambi pada tahun 2016.

Namun Dede akhirnya memutuskan berhenti bekerja karena gajinya tidak mencukupi.

Tak lama kemudian, Dede mendapat undangan dari Aep untuk mendatangi Polres Cirebon.

“Pertama kali malam, saya lupa kapan. Aep menelpon saya, ‘Yasudah, ayo kita bawa dia ke polisi,'” kata Dede menirukan ajakan Aep saat itu.

“Posisiku di rumah, rumahku di Tangkil.”

Saat itu, Dede menanyakan maksud dan tujuan aplikasi tersebut saat diajak ke Polres Cirebon.

Menurut Dede, Ape mengatakan dirinya akan menjadi saksi yang akan meninggalkan Veena dan Eki.

Dede yang tidak tahu menahu soal kasus Veena, diarahkan oleh AEP dan Inspektur Rudiana.

“Saya diarahkan, diminta menjadi saksi untuk AEP dan Pak Rudiana,” kata Dede.

“Hanya saja saya sudah masuk, apa yang harus saya lakukan. Saya hanya bingung, saya takut. Saya tidak mengerti hukumnya, Pak.”

Makanya saya ceritakan di sini, saya rasa saya sama sekali tidak tahu tentang kejadian itu, imbuhnya.

Dede mengatakan, sebelum masuk ke ruang penyidik, ia mendapat instruksi dari AEP dan AKBP Rudiana.

Ia diminta menulis cerita tentang kasus pembunuhan Veena dan Ekki.

“Sebelum masuk kamar, Pak (bersama Rudiana dan AEP), katanya nongkrong di warung, orang-orang berkeliaran, sekelompok anak-anak melemparinya dengan batu, mengejarnya dengan bambu.”

“Mereka sudah bilang dari luar pak (sebelum masuk ruang ujian),” jelas Dede.

“AEP dan Rudiana bilang ke saya (siapa yang mengendalikan saya) Pak,” imbuhnya. Inspektur Rudiana memberitahu Barescream

Sebelumnya, Dedi Mulyadi melaporkan ayah Ekki, Iptu Rudiana, ke Bareskrim Polri.

Dedi membuat laporan ini agar misteri kasus pembunuhan Veena dan Ekki segera terungkap.

Rabu (17/7/2024) pekan lalu, saat ditemui di Mabes Polri, Dedi Mulyadi berharap Mabes Polri mengusut kasus Veena.

“Untuk menghindari kesimpangsiuran yang semakin besar di masyarakat, sebaiknya Mabes Polri – meski keputusan akhir belum berubah, karena kami baru mengajukan PK (peninjauan kembali) – tetap melanjutkan penyidikan – Ayah dari siaran Kompas TV Mengutip kata.

“Salah satu penyidikan yang harus dilakukan Mabes Polri adalah memastikan apakah kasus Eki dan Veena merupakan pembunuhan atau kecelakaan.”

Ia kemudian menyarankan penyidik ​​untuk membuka kunci ponsel terdakwa.

Selain itu, Dedi juga meminta polisi membuka CCTV di lokasi kematian Veena dan Ekki.

“Kemudian sebagai langkah selanjutnya saya juga minta dibukakan CCTV-nya. Mungkin ada dua CCTV,” kata Dedi.

“Pertama-tama, kalau mau menghadapi tuduhan pelemparan, buka CCTV Indomaret karena di SMP 11 letaknya bersebelahan dengan Indomaret.”

Kemudian dari CCTV terlihat meninggalnya Ekki dan Veena di jalan layang, jelasnya.

(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/M Deni Setiawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *