TRIBUNNEWS.COM – Colin Gray, 54, ayah dari Colt Gray, 14, telah ditangkap oleh otoritas negara bagian Georgia. Ia menjadi tersangka penembakan yang menewaskan empat orang di SMA Apalachee pada Kamis (9 Mei 2024).
Colt sebelumnya diketahui melakukan penembakan yang menewaskan dua guru dan dua siswa serta melukai sembilan lainnya pada Rabu (9 April 2024).
Colin Gray didakwa dengan empat dakwaan pembunuhan, dua dakwaan pembunuhan tingkat dua, dan delapan dakwaan kekejaman terhadap anak.
“Tuduhan ini berasal dari Tuan Gray yang dengan sengaja mengizinkan putranya, Colt, memiliki senjata,” kata Direktur Biro Investigasi Georgia Chris Hosey dalam konferensi pers, dikutip Reuters, Jumat (06/09/2024).
Sementara itu, Colt Gray didakwa dengan empat tuduhan pembunuhan berat dan akan diadili setelah dewasa.
Penyelidik menetapkan bahwa Colt menggunakan senjata bergaya platform AR, atau senapan semi-otomatis, dalam serangan yang menewaskan dua guru dan dua siswa berusia 14 tahun.
Seorang ayah dan anak laki-lakinya ditanyai oleh pihak berwenang setempat di Jackson County tahun lalu tentang ancaman online mengenai penembakan di sekolah, namun tidak cukup bukti untuk melakukan penangkapan.
Colin Gray mengakui pada saat itu bahwa dia memiliki senapan berburu di rumah, tetapi bersikeras bahwa Colt tidak memiliki akses tanpa pengawasan terhadap senjata tersebut, dan Colt membantah ancaman yang dilakukan pada platform Discord.
Penyelidik Sheriff Jackson County menutup kasus ini setelah mereka tidak dapat membuktikan hubungan Gray dengan akun yang mengirimkan ancaman dan tidak menemukan alasan untuk menyita senjata keluarga tersebut.
Sheriff Jackson County Janis Mangum mengatakan Colt berusia 13 tahun saat itu dan buktinya tidak cukup kuat.
Colt Gray saat ini dipenjara di Pusat Penahanan Remaja Regional Gainesville.
Dakwaan terhadap ayah Colt, Colin Gray, muncul setelah Jennifer dan James Crumbley divonis bersalah di Michigan pada bulan April, yang menjadi preseden hukum pertama yang meminta pertanggungjawaban orang tua atas penembakan di sekolah anak mereka.
Dalam kasus tersebut, orang tua Ethan Crumbley, yang menembak empat teman sekelasnya di Sekolah Menengah Oxford pada tahun 2021, dijatuhi hukuman 10 hingga 15 tahun penjara karena gagal mengamankan senjata api di rumah dan mengabaikan tanda-tanda penyakit mental putra mereka.
Pakar dan pendukung keamanan senjata melihat tuntutan hukum tersebut sebagai langkah penting dalam meminta pertanggungjawaban orang tua pemilik senjata atas kekerasan yang dilakukan anak-anak mereka di sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menunjukkan bahwa sekitar 75 persen penembak di sekolah mendapatkan senjatanya di rumah.
Sekadar informasi, Sergio Caldera (17) menceritakan momen menegangkan saat mendengar suara tembakan saat berada di kelas kimia.
“Guru saya membukakan pintu dan guru lainnya berlari masuk dan menyuruh kami menutup pintu karena ada penembak aktif,” ujarnya.
Ketika siswa dan guru berkerumun di dalam kelas, terdengar gedoran keras dan teriakan agar pintu dibuka, diikuti dengan lebih banyak suara tembakan dan jeritan.
Kelas mereka kemudian dievakuasi ke lapangan sepak bola sekolah.
(mg/Saifuddin Herlanda Abid)
Penulis magang di Universitas Sebelas Maret (UNS)