Aturan Seragam Sekolah Terbaru untuk SD, SMP, SMA dan SMK pada Tahun Ajaran 2024/2025

TRIBUNNEWS.COM – Berikut standar seragam sekolah terbaru untuk SD, SMP, dan Perguruan Tinggi/SMK tahun ajaran 2024/2025.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengeluarkan peraturan tentang seragam sekolah melalui Permendikbudristek nomor 50 tahun 2022.

Peraturan tersebut menyatakan bahwa sekolah dilarang mengatur kewajiban dan/atau membebani orang tua/wali untuk mendapatkan seragam sekolah baru setiap kali naik kelas dan/atau menerima siswa baru.

Urutan seragam sekolah terbaru juga bisa menjadi referensi bagi siswa SD, SMP, dan SMA/VET saat memasuki tahun ajaran baru 2024/2025.

Seragam sekolah ada dua jenis, yaitu seragam nasional dan seragam pramuka.

Selain kedua seragam sekolah tersebut, pihak sekolah juga dapat menyediakan seragam khas sekolah untuk setiap siswanya.

Untuk lebih jelasnya lihat aturan pemakaian seragam di sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 50 Tahun 2022 dibawah ini. Jenis dan Model Seragam Sekolah Tahun Pelajaran 2024/2025

Berikut aturan seragam sekolah menurut Permendikbudristek nomor 50 tahun 2022 pada pasal 3 sampai dengan 9. 1. Seragam nasional SD dan SDLB: Atasan baju putih dan celana atau rok merah. Tingkat Khusus SMP dan SMA: Kemeja putih dan celana atau rok biru tua. Baccalaureate atau sarjana muda luar biasa, siklus pembentukan dan siklus pembentukan luar biasa: atasan kemeja putih dan celana panjang atau rok abu-abu.

Untuk desain seragam nasional, sekolah dapat mengacu pada ketentuan desain seragam nasional.

Pola seragam nasional untuk siswa di sekolah negeri atau negeri dapat dipilih oleh orang tua atau wali siswa.

Model seragam nasional untuk siswa di sekolah swasta atau sekolah negeri dapat dipilih oleh pihak sekolah.  Bagi pelajar di provinsi Aceh, pelajar muslim mengenakan seragam nasional sesuai spesifikasi Aceh berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemerintah Aceh, meskipun mengacu pada ketentuan model seragam sekolah nasional. 2. Seragam Pramuka

Corak dan warna seragam Pramuka mengacu pada corak dan warna seragam yang ditentukan oleh daerah pergerakan Pramuka nasional. 3. Seragam sekolah yang khas

Corak dan warna seragam sekolah yang khas ditentukan oleh pihak sekolah dengan memperhatikan hak setiap siswa untuk menganut suatu agama dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinannya masing-masing. 4. Pakaian adat

Sedangkan model dan warna pakaian adat ditentukan oleh dewan dengan memperhatikan hak setiap siswa atau santri untuk menjalankan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai keyakinannya.

Siswa mengenakan pakaian tradisional pada hari dan acara adat tertentu.

Pemerintah pusat, pemerintah daerah sesuai kewenangannya, sekolah dan masyarakat dapat membantu pengadaan seragam sekolah dan pakaian adat bagi siswa kurang mampu.

Sekolah tidak dapat memaksakan kewajiban dan/atau membebani orang tua atau wali siswa untuk membeli seragam sekolah baru setiap kali terjadi kenaikan nilai dan/atau penerimaan siswa baru.

Pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan/atau kepala sekolah wajib melaksanakan ketentuan seragam sekolah sesuai Permendikbudristek no. 50 Tahun 2022. Ilustrasi Seragam Sekolah Dasar. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) Jadwal pemakaian seragam sekolah

Berikut jadwal pemakaian seragam sekolah menurut Permendikbudristek nomor 50 tahun 2022 pasal 10: Seragam nasional : Dipakai minimal setiap hari Senin dan Kamis serta pada hari upacara bendera. Pakaian Adat : ​​Digunakan oleh pelajar pada hari-hari atau acara adat tertentu. Aturan seragam sekolah pada saat upacara bendera

Pada ayat 1 Pasal 11, penggunaan pakaian seragam nasional pada hari upacara bendera harus dilengkapi dengan atribut yaitu: topi maskot dan dasi sesuai warna seragam nasional masing-masing tingkat sekolah, topi menggunakan Tut Logo Wuri Handayani. Implementasi dan sanksi

Penerapan peraturan seragam sekolah dan pakaian adat mungkin menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau daerah.

Pemerintah daerah dan direktur pusat dapat mengikuti arahan peraturan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan Kementerian yang berlaku.

Pelanggaran terhadap peraturan ini dapat mengakibatkan sanksi seperti teguran lisan, tidak diberikannya hak kenaikan pangkat, pangkat dan/atau jabatan, serta sanksi administratif lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(Tribunnews.com/M Alvian Fakka/Yunita Rahmayanti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *