TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat mengancam akan menjatuhkan sanksi keras terhadap pemerintah Iran, yang diam-diam mengirimkan rudal ke Rusia untuk membom Ukraina.
Kebohongan tersebut diungkap oleh Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken setelah UE mengatakan sekutunya telah berbagi informasi intelijen yang mengidentifikasi Iran sebagai pemasok utama rudal balistik Rusia.
“Sekutu kami telah berbagi informasi intelijen bahwa Iran telah memasok rudal balistik ke Rusia. “Saat ini, UE sedang mencari informasi tambahan mengenai pasokan rudal Iran ke Rusia,” jelas juru bicara Uni Eropa Peter Stano, mengutip Times of Israel.
“Dan jika terkonfirmasi, pasokan ini akan berarti peningkatan signifikan atas dukungan Iran terhadap perang agresi ilegal Rusia terhadap Ukraina,” jelasnya.
Meski isu pengiriman rudal Iran ke Rusia masih dalam penyelidikan, Stano menambahkan bahwa posisi para pemimpin UE selalu jelas.
Uni Eropa akan merespons dengan cepat dan berkoordinasi dengan mitra internasional, termasuk melalui tindakan pembatasan baru dan signifikan terhadap Iran.
Munculnya isu Iran mengirimkan rudal ke Rusia kemudian membuat AS berang.
Pejabat Gedung Putih telah berulang kali mengancam Iran dengan konsekuensi signifikan atas tindakannya.
Tidak hanya AS, negara Barat juga memperingatkan Teheran untuk tidak mengirim rudal ke Rusia selama beberapa bulan.
Sementara itu, Uni Eropa telah berulang kali menjatuhkan sanksi terhadap Iran karena memasok drone ke Moskow untuk perang di Ukraina.
“Setiap pengiriman rudal balistik Iran ke Rusia akan menjadi peningkatan tajam dukungan Iran terhadap perang agresif Rusia melawan Ukraina,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel kepada wartawan.
“Kami telah menegaskan bahwa kami siap menghadapi konsekuensi yang signifikan.” Iran membantah bahwa mereka memasok rudal ke Rusia
Menanggapi tuduhan AS dan UE, Iran dengan tegas membantah informasi bahwa Teheran memasok rudal balistik kepada Rusia.
Para pejabat Iran juga mengatakan bahwa negaranya tidak memberikan dukungan militer kepada kedua pihak dalam perang Rusia-Ukraina.
“Posisi mendasar dan tegas Republik Islam Iran terhadap konflik Ukraina tetap konsisten dan tidak berubah,” kata sekretaris pers Kementerian Luar Negeri, Nasser Kanaani.
“Pernyataan berulang-ulang mengenai pasokan rudal balistik ke Rusia dimotivasi oleh tujuan dan motif politik beberapa negara Barat dan sama sekali tidak berdasar,” tambahnya.
Kritik serupa juga diungkapkan duta besar Iran untuk PBB.
Dalam keterangan resminya, ia menyebut tudingan pengiriman senjata kepada pihak-pihak yang berkonflik sebagai tindakan tidak manusiawi. Persahabatan Rusia dan Iran
Rusia dan Iran dikenal memiliki hubungan kerja sama yang sangat baik.
Hal ini terlihat dari sikap vokal Rusia yang mengutuk serangan Israel yang menewaskan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniya.
Sebagai imbalannya, Iran dilaporkan memasok Rusia dengan sejumlah besar rudal balistik permukaan-ke-permukaan yang kuat untuk perang melawan Ukraina.
Enam sumber yang memiliki hubungan dengan Iran mengatakan kepada Reuters tentang pengiriman rudal tersebut.
Tiga sumber Iran mengatakan Teheran telah mengirimkan sekitar 400 rudal, sebagian besar termasuk senjata balistik jarak pendek Fateh-110 seperti Zolfaghar.
Menurut para ahli, rudal dengan kemampuan mobile dapat mencapai sasaran pada jarak 300 hingga 700 kilometer.
Pengiriman rudal tersebut dimulai pada awal Januari setelah tercapainya kesepakatan pada pertemuan akhir tahun lalu antara militer dan dinas keamanan Teheran dan Moskow, yang diadakan di ibu kota kedua negara.
Tidak jelas bagaimana rudal Iran mencapai Rusia, namun pejabat senior Iran lainnya mengungkapkan bahwa beberapa rudal dikirim ke Rusia dengan kapal melintasi Laut Kaspia, sementara rudal lainnya diangkut melalui udara.
(Tribunnews.com/ Namira Junia)