TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS (Pentagon) John Kirby mengatakan AS masih mengirimkan sebagian besar senjatanya ke Israel.
Pernyataan tersebut bertentangan dengan laporan baru-baru ini bahwa Amerika telah menghentikan semua pengiriman senjata ke Israel.
John Kirby mengatakan AS hanya berhenti mengirimkan bom peledak yang bisa digunakan Israel untuk menyerang Rafah di Jalur Gaza selatan.
Bom peledak tersebut sebelumnya digunakan oleh Israel untuk meratakan bangunan di sebagian besar Jalur Gaza.
“Semua orang terus membicarakan pembekuan sementara pengiriman senjata. Pengiriman senjata masih masuk ke Israel,” kata John Kirby kepada wartawan, Kamis (5/9/2024).
Menggemakan propaganda AS, John Kirby mengatakan pengiriman senjata ke Israel adalah upaya pertahanan diri sekutunya.
“Mereka (Israel) masih mendapatkan sebagian besar segalanya untuk membela diri,” katanya.
Dia menekankan bahwa Amerika Serikat akan dengan setia mendukung Israel dalam memenuhi permintaan senjatanya.
“Kami juga berkomitmen dan akan berkomitmen untuk menghabiskan setiap sen dari permintaan tambahan yang kami terima dari Kongres AS untuk memberi mereka peluang yang diperlukan,” tambahnya, seperti dilansir Anadolu. Hanya dengan memblokir bom tertentu saja AS tetap berkomitmen mempersenjatai Israel
Presiden AS Joe Biden telah berhenti mengirim senjata berdaya ledak tinggi ke Israel, menyusul kritik internasional terhadap bantuan senjata AS ke Israel dan rencana menyerang Rafah.
Pengiriman senjata yang dihentikan termasuk 1.800 bom masing-masing berbobot 2.000 pon (907 kilogram) dan 1.700 bom berbobot 500 pon (226 kilogram).
AS berhenti memasok bom berdaya ledak tinggi ke Israel sebagai tanda penolakan Israel atas keputusan menyerang Rafah.
“Saya sudah menjelaskan kepada (Perdana Menteri Israel) Netanyahu dan dewan militer Israel bahwa mereka tidak akan mendapat dukungan kami jika mereka memasuki pusat populasi di Rafah,” kata Presiden AS Joe Biden, Rabu (5/8/2024).
Pernyataan Joe Biden didukung oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, yang mengatakan AS menghentikan pengiriman senjata ke Israel.
“Washington menghentikan pengiriman amunisi berdaya ledak tinggi ke Israel karena kejadian baru-baru ini di Rafah,” kata Lloyd Austin, Rabu (8/5/2024), dilansir Al Jazeera.
Namun Joe Biden telah bersumpah bahwa AS tidak akan meninggalkan Israel dan berjanji untuk mendukung pertahanan Israel, termasuk Iron Dome.
Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, adalah rumah bagi lebih dari 1,5 juta warga Palestina yang melarikan diri dari agresi Israel di Jalur Gaza bagian utara dan tengah.
Sebelumnya, Israel meminta warga Palestina dari Jalur Gaza utara dan tengah untuk mengungsi ke Rafah sebagai “zona aman”.
Namun Israel kemudian menganggap Rafah sebagai benteng terakhir gerakan Hamas Palestina, dan AS memperingatkan bahwa serangan Israel di wilayah tersebut dapat membunuh warga Palestina yang melarikan diri ke Rafah pada tahun 2024. 7 Mei, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan organisasi Palestina Hamas (foto AFP) (AFP/-) Korban jiwa.
Israel masih terus melakukan agresinya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi 34.844 orang antara Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (9/5/2024) dan 78.404 lainnya luka-luka dan 1.147 orang tewas. di Israel. wilayah, seperti dilansir “Anadolu”.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa.
Israel memperkirakan Hamas masih menyandera sekitar 136 orang di Jalur Gaza pada tahun 2023. pada akhir November, ia menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut tahun 2023. Desember. Dalam laporan Wali.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel