TRIBUNNEWS.COM – Pasukan AS mengklaim telah menghancurkan empat drone dan dua rudal balistik antikapal milik milisi Houthi di Yaman.
Kelompok Houthi yang didukung Iran telah menargetkan kapal kargo yang melakukan perjalanan di Laut Merah dan Teluk Aden, termasuk kapal yang berafiliasi dengan Israel.
Serangan Houthi terhadap kapal komersial terus berlanjut sejak November 2023 sebagai bentuk solidaritas Houthi terhadap warga Palestina yang mengalami genosida massal oleh Israel di Gaza.
Serangan besar-besaran Houthi di Teluk Aden dan Laut Merah menimbulkan ancaman keamanan yang signifikan terhadap jalur pelayaran internasional utama. Militer Yaman menampilkan rudal balistik anti-kapal selama parade militer pada tahun 2022.
Amerika marah. Sejak Januari 2024, AS telah melakukan serangan, bersama dengan Inggris, yang bertujuan melemahkan kemampuan Houthi dalam menargetkan pengiriman barang.
“Pasukan Komando Pusat AS [USCENTCOM] berhasil menghancurkan empat UAS dan dua ASBM di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi,” kata komando militer tersebut dalam sebuah postingan di media sosial, menggunakan akronim untuk sistem udara tak berawak dan rudal balistik anti-kapal.
“Pasukan USCENTCOM juga mampu menghancurkan UAS yang diluncurkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi di Selat Bab Al Mandab,” kata CENTCOM, seraya menambahkan bahwa pasukan Amerika juga menghancurkan kapal patroli Houthi.
Komando militer mengatakan Houthi menembakkan empat rudal balistik anti-kapal di atas Laut Merah dalam 24 jam terakhir, namun “tidak menyebabkan cedera atau kerusakan pada kapal AS, koalisi atau komersial”.
Serangan Houthi telah menyebabkan peningkatan biaya asuransi bagi kapal-kapal yang berlayar melintasi Laut Merah dan mendorong banyak perusahaan pelayaran melakukan perjalanan lebih lama di sekitar ujung selatan Afrika.
Pada hari Jumat, 7 Juni 2024, serangan udara terjadi di ibu kota Yaman, Sana’a dan wilayah lain di negara itu, menurut saluran TV Houthi Al Massira.
Namun, laporan tersebut belum diverifikasi secara independen dan tidak jelas apakah serangan tersebut terkait dengan insiden yang dijelaskan oleh CENTCOM.