AS Dakwa Petinggi Hamas atas Serangan Teror 7 Oktober

Amerika Serikat (AS) menuduh pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan militan lainnya melakukan serangan teroris 7 Oktober di Israel.

Enam orang didakwa melakukan konspirasi untuk memberikan dukungan material bagi aksi teroris yang mematikan, konspirasi untuk melakukan pembunuhan warga negara AS dan lima dakwaan lainnya.

Departemen Kehakiman mengajukan tuntutan pidana ke pengadilan federal New York pada Selasa (03/09) waktu setempat.

“Dakwaan yang diumumkan hari ini hanyalah salah satu bagian dari upaya kami untuk menargetkan semua aspek operasi Hamas,” kata Jaksa Agung Merrick Garland dalam sebuah pernyataan.

“Langkah ini bukan yang terakhir.” Tuduhan terhadap Yahya Sinwari

Kasus ini kemungkinan hanya bersifat simbolis, karena Sinwar saat ini diyakini bersembunyi dan tiga terdakwa lainnya diyakini tewas.

Mantan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh terbunuh di Iran pada bulan Juli. Sementara itu, Israel mengatakan pihaknya membunuh mantan komandan militer Hamas Mohammed Deif pada bulan Juli dan wakilnya Marwan Issa pada awal Maret.

Dua terdakwa lainnya yang terdaftar adalah mantan pemimpin Hamas Khaled Mashaal dan direktur hubungan luar negeri Hamas Ali Baraka.

“Sebagaimana dinyatakan dalam pengaduan kami, para terdakwa ini, yang dipersenjatai dengan senjata, dukungan politik dan dana dari pemerintah Iran serta dukungan (Hizbullah), telah memimpin upaya Hamas untuk menghancurkan Israel dan membunuh warga sipil untuk mendukung tujuan tersebut,” kata Gerland. .

Para pejabat AS mengatakan setidaknya satu orang, yang tidak mereka sebutkan namanya, dapat dibawa ke New York untuk diadili. Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan beberapa negara lain, termasuk Jerman, telah menetapkan Hamas sebagai kelompok teroris. Kemungkinan gencatan senjata

Sementara itu, terkait situasi antara Hamas dan Israel, Duta Besar PBB untuk Slovenia menyatakan bahwa kesabaran anggota Dewan Keamanan (DK PBB) mulai berkurang dalam perundingan gencatan senjata di Gaza.

Samuel Zbogar, yang juga menjabat presiden Dewan Keamanan pada bulan September, mengatakan bahwa badan beranggotakan 15 orang tersebut kemungkinan akan mempertimbangkan tindakan jika gencatan senjata tidak segera tercapai antara Israel dan kelompok militan Hamas.

“Ada kekhawatiran yang semakin besar di dewan bahwa dewan akan mengambil satu atau lain cara, atau ada gencatan senjata atau dewan sedang mempertimbangkan apa yang bisa kita lakukan untuk mencapai gencatan senjata,” kata Zbogar kepada wartawan.

“Saya yakin dia ingin hengkang pada bulan September… dengan satu atau lain cara, bukan karena kami menginginkannya, namun karena menurut saya kesabarannya sudah tidak ada lagi.”

Ha/pk/hp (AP, Reuters, AFP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *