TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) mengaku tidak terlibat dalam pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala departemen politik Hamas di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024).
Dalam wawancara dengan Channel News Asia di Singapura, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinking mengatakan negaranya “tidak terlibat dalam gagasan tersebut”.
Saat ditanya dampak pembunuhan tersebut, Blinken mengaku belum mengetahuinya.
“Sulit untuk diprediksi, saya telah belajar selama bertahun-tahun untuk tidak memprediksi dampak suatu peristiwa terhadap peristiwa berikutnya,” ujarnya.
Kemudian, ia menekankan pentingnya menerapkan perjanjian gencatan senjata di Gaza yang telah berperang selama 9 bulan Blinken mengatakan Amerika Serikat akan terus mengupayakannya.
“Penting untuk membantu mengakhiri penderitaan warga Palestina di Gaza. Penting untuk memulangkan para sandera, termasuk warga Amerika.” Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) berbicara di Tel Aviv pada 12 Oktober 2023. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memberikan pidato kepada media di Kirya di Kementerian Pertahanan Israel pada tahun 2023. (JACQUELYN MARTIN/POOL/AFP)
Blinken yakin gencatan senjata adalah cara terbaik untuk mengurangi ketegangan di Timur Tengah.
“Salah satu hal yang kami fokuskan adalah berusaha memastikan konflik yang terjadi di Gaza tidak meluas ke tempat lain, tidak menimbulkan kekerasan, dan kami akan pergi. untuk terus melakukan itu.”
Kunjungan Blinken ke Singapura pada hari Selasa merupakan bagian dari kunjungannya yang ke-18 ke Indo-Pasifik. Hamas dan Iran telah bersumpah akan membalas dendam.
Israel dituduh berada di balik pembunuhan Haniyeh. Namun hingga saat ini Israel belum membantah dan membenarkannya.
Namun, sebelumnya para pejabat Israel menyebut seluruh pemimpin Hamas bertanggung jawab atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Rabu malam bahwa Israel kini menghadapi hari-hari yang penuh tantangan.
Netanyahu mengatakan bahwa Israel siap menghadapi situasi apa pun dan akan bersama-sama melawan ancaman apa pun.
“Kami akan menuntut harga yang mahal atas setiap agresi terhadap kami di bidang apa pun,” kata perdana menteri sayap kanan tersebut seperti dikutip oleh Financial Times.
Menurut Hamas, Haniyeh terbunuh dalam serangan pengkhianat Zionis di rumahnya di Teheran.
Al Arabiya dan Al Hadath melaporkan bahwa Haniyeh dibunuh dalam tidurnya pada pukul 02.00 waktu setempat.
Pembunuhan itu dilakukan dengan rudal yang diarahkan langsung ke tubuh Haniyeh. Ada juga laporan pengawal Haniyeh telah meninggal.
Tuan Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezehkian.
Hamas bersumpah akan membalas serangan Israel yang menewaskan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran.
Musa Abu Marzouk, anggota kantor politik Hamas, mengatakan pembunuhan Haniyeh adalah tindakan pengecut. Ia mengatakan Hamas akan merespons tindakan tersebut.
“Hari ini (Rabu) saya menyampaikan belasungkawa saya kepada para pahlawan Negara Palestina dan Negara Islam serta Front Revolusi dan Yang Terhormat Negara Iran.” “Ismail Haniyeh, kepala Biro Politik Organisasi Revolusi Islam Hamas, diserang di Teheran dan dia serta salah satu pengawalnya terbunuh setelah insiden ini,” kata Mehr News, mengutip pernyataan Hamas.
Seperti Hamas, Iran bersumpah akan membalas dendam terhadap Israel atas kematian Haniyeh.
Iran menyatakan bertanggung jawab karena hal itu terjadi di wilayah kedaulatannya.
“Penjahat dan teroris Zionis membunuh dan melukai tamu-tamu tercinta di rumah kami.” Namun hal itu membuka jalan baginya untuk dihukum berat, kata Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Sementara itu, Qatar mengutuk pembunuhan Haniyeh. Negara ini merupakan salah satu mediator dalam perundingan Hamas-Israel.
Menurut Qatar, pembunuhan Haniyeh adalah “kejahatan yang mengerikan dan berbahaya”.
(Berita Tribune/Februari)