Arab Saudi Borong Peralatan Perang, Militer AS ‘Diguyur’ Rp 45 Trilyun untuk Impor Alat Tempur

TRIBUNNEWS.COM – Kedekatan Arab Saudi dan Amerika Serikat kembali terlihat dalam laporan terbaru dari Washington.

Hal ini dibuktikan dengan kembalinya kesepakatan kedua negara mengenai jual beli logistik peralatan militer.

Menurut Tribunnews Anadolu Agency, transaksi militer kedua negara telah dikonfirmasi oleh Departemen Luar Negeri AS.

Dia menyetujui penjualan berbagai peralatan militer buatan AS kepada produsen minyak mentah terbesar ketiga di dunia.

Tanpa ragu, Arab Saudi menginvestasikan dana fantastis senilai $2,8 miliar atau setara Rp 45 triliun dalam transaksi yang diumumkan Selasa (23 Juli 2024).

Biaya yang dikeluarkan Arab Saudi meliputi dukungan logistik sistem dan dukungan pemeliharaan.

Badan Kerja Sama Pertahanan dan Keamanan A.S. (DSCA) juga memberikan sertifikasi yang diperlukan untuk memberi tahu Kongres tentang penjualan tersebut.

“Kerajaan Arab Saudi telah mengajukan permohonan untuk memperoleh dukungan dan layanan logistik militer tingkat lanjut, termasuk perangkat keras dan dukungan JMPS, serta peralatan kriptografi dan peralatan pendukung untuk KIV-77/78,” kata DSCA.

Peralatan pendukung yang diungkapkan oleh DSCA mencakup suku cadang pengganti, bahan habis pakai, aksesori, dukungan kalibrasi, peralatan pengujian personel, dukungan perangkat lunak, serta publikasi dan dokumentasi teknis.

Dalam paket perjanjian tersebut, Amerika Serikat dan kontraktor militernya juga memberikan pelatihan bagi semua jenis personel yang diperlukan untuk mendukung kepemilikan KC-130J, C-130, E-3, RE-3, KE-3, KA 350 . Lonceng 212 dan Lonceng 412.

“Melalui kolaborasi ini, pemerintah AS berharap dapat membantu Kerajaan Arab Saudi dalam meningkatkan kemampuannya melawan ancaman militer saat ini dan masa depan,” simpul pernyataan tersebut. Militer Arab Saudi mendekati Tiongkok terlebih dahulu

Kesepakatan dengan AS ini juga merupakan respons terhadap kekhawatiran sebelumnya bahwa Arab Saudi akan mengalihkan pendanaan militernya ke Tiongkok.

Spekulasi tersebut muncul setelah Pangeran Khalid bin Salman melakukan perjalanan ke ibu kota Tiongkok sebagai menteri pertahanan Saudi pada Juni lalu.

Pada kesempatan ini, Khalid bin Salman bertemu dengan Menteri Pertahanan Tiongkok Dong Jun dan Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Zhang Youxia.

Kedua belah pihak secara terbuka mengatakan mereka “terbuka untuk kerja sama” dan membahas upaya koordinasi untuk meningkatkan perdamaian dan keamanan internasional.

Kunjungan tersebut memicu spekulasi bahwa Riyadh mungkin mempertimbangkan Tiongkok sebagai penyedia kekuatan militer alternatif.

Hal ini diungkapkan oleh Timothy Heath, peneliti pertahanan internasional senior di Rand Corporation yang berbasis di AS.

Timothy percaya bahwa langkah Arab Saudi akan digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap Washington mengenai isu-isu seperti hak asasi manusia dan sikapnya terhadap perang Israel-Gaza.

“Tiongkok kemungkinan besar akan membahas perang Gaza dan juga berharap dapat meyakinkan Arab Saudi bahwa Tiongkok tidak mendukung Iran melawan saingannya yang Sunni. Sebaliknya, Tiongkok akan berusaha untuk tetap netral dan berharap dapat mendorong perdamaian,” katanya.

(Tribunnews.com/Bobby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *