TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), melatih jutaan petani dan penyuluh untuk mengantisipasi darurat pangan nasional.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan prioritas pemerintah saat ini adalah meningkatkan produksi padi dan jagung untuk mencegah krisis pangan di Indonesia.
“Kalau krisis energi mungkin kita masih bisa bergerak maju, tapi kalau krisis pangan semua aktivitas terhenti, bahkan negara tidak akan ada tanpa pangan. Menteri Pertanian Amran mengatakan: “Jadi, inilah krisis energi. prioritas pemerintah saat ini.”
Sementara itu, Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP), mengatakan dampak COVID-19, ketegangan geopolitik khususnya perang Rusia-Ukraina dan perubahan iklim sangat jelas terlihat sejak tahun lalu. Makan
Situasi dunia berada dalam situasi genting, sekitar 60 negara menghadapi krisis pangan dan 900 juta orang terkena dampak krisis pangan.
“Berbagai permasalahan tersebut berdampak pada produksi pangan global. Di Indonesia, pada Februari tahun lalu hingga Maret tahun ini, kita mengalami fenomena alam bernama El Nino, yaitu musim kemarau panjang. Solusi untuk mengatasi krisis pangan kita harus berdikari, kata Dedi saat meresmikan Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) Volume 10 Tahun 2024 di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Malang, Rabu (5/6).
Dedi mengatakan beras merupakan kebutuhan pokok Indonesia. Per bulannya, kebutuhan beras dalam negeri tidak kurang dari 2,6 juta ton atau setara dengan 1 juta hektare luas panen dengan produktivitas 5,2 ton per hektare.
Dedi mencontohkan, konsumsi beras dalam negeri setiap bulannya tidak kurang dari 2,6 juta ton atau setara dengan 1 juta hektare luas panen dengan produktivitas 5,2 ton per hektare. Sedangkan Indonesia hanya mampu memproduksi 30,2 juta ton beras per tahun.
“Artinya kita masih kekurangan 1 juta ton beras, belum lagi persediaan beras (CBP) pemerintah sebesar 2,5 juta ton yang setara dengan sekitar 3,5 juta ton beras setiap tahun untuk satu ton gabah kering giling (GKG), jelas Dedi.
Berdasarkan data saat ini, pada bulan Maret 2024, petani hanya mampu menanam 800.000 hektar, atau dengan kata lain hilang tanam sebanyak 300.000 hektar sehingga mengakibatkan kekurangan beras.
Oleh karena itu, kita harus memperbanyak penanaman dan meningkatkan indeks tanam (IP) di lahan basah dan tadah hujan agar produksi padi bisa melimpah kembali, kata Dedi.
Kementerian Pertanian saat ini fokus meningkatkan produksi dua komoditas pokok yakni padi dan jagung nasional melalui optimalisasi lahan basah, pemompaan, dan penataan padi gogo pada areal perkebunan.
Dedi mengatakan adaptasi rawa dilakukan di 11 provinsi dengan tujuan meningkatkan IP dari 100 menjadi 200 untuk wilayah yang telah dilakukan survei dan studi desain (SID).
Lebih lanjut beliau mengatakan: “Kami umumnya hanya menanam pohon muda di lahan basah setahun sekali, jika IP kami tingkatkan menjadi satu hingga dua kali dalam setahun, berarti kami harus membuat kanal dan lain-lain.”
Kementerian Pertanian juga menggalakkan program bantuan pompa, khususnya pada lahan sawah hutan tadah hujan IP yang dekat dengan sumber air. Program ini akan dijalankan di lahan seluas 500 hektar di Pulau Jawa dan 500 hektar di luar Pulau Jawa.
Katanya: “Kita punya 3 sampai 4 juta hektar lahan tadah hujan yang penanamannya hanya dilakukan setahun sekali karena pengairannya hanya bergantung pada hujan. Kalau IP kita naikkan dua kali, produksi kita juga akan meningkat. Akan pergi.”
Selain itu, kata Dedi, Kementerian Pertanian juga mendorong tanaman padi gogo pada perkebunan kelapa sawit dan kelapa peserta program Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR).
“Kita punya sekitar 500.000 hektare lahan sawit dan kakao untuk program tumpang sari padi gogo. Jadi yang tadinya tidak bisa ditanami bisa ditanam,” kata Dedi.
Dengan latar belakang tersebut, BPPSDMP akan menyelenggarakan PSPP Jilid 10 Tahun 2024 untuk Petani, Penyuluh Pertanian, dan Petugas Pembangunan Desa (BABINSA) dengan tema “Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional”.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta mengenai cara mengoptimalkan lahan basah dan sawah tadah hujan serta meningkatkan produksi padi dengan memanfaatkan lahan perkebunan untuk padi.
PSPP ini akan dilaksanakan serentak selama tiga hari, 5-7. Juni 2024, pelatihan luring dan pertanian di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan di UPT, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Kantor di seluruh Indonesia.
Dari target 1.800.000 orang, peserta pelatihan sebanyak 1.902.354 orang, meliputi petani 1.823.948 orang, pelatih Pamong Praja sebanyak 12.008 orang, pelatih PPPK sebanyak 7.690 orang, pelatih THL pusat sebanyak 474 orang, pelatih THL daerah sebanyak 3.184 orang dari total pelatih THL daerah sebanyak 3.184 orang 34 orang, 34 dan 34 orang. orang dari Bagri. .