TRIBUNNEWS, COM, JAKARTA – Seorang anggota Pasukan Khusus (Densus) 88 Polri dikabarkan ditangkap di sebuah restoran di kawasan Sipete, Jakarta Selatan.
Seorang anggota Densus 88 ditangkap pada Selasa (21/5/2024) saat membayangi Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) di Kejaksaan Agung Febra Adriance.
Anggota Densus yang ditangkap itu berinisial IM dan bergelar Bripda pada orangnya.
Ia kemudian diduga menyamar sebagai pegawai salah satu perusahaan pelat merah dengan akronim HRM. Berdasarkan informasi yang diterima, saat ini dia sedang menjalankan misi bernama “Brush Jumpids”.
Lebih dari satu IM diduga menjalankan tugas bersama lima orang lainnya yang dipimpin seorang perwira polisi berpangkat menengah. Namun saat itu pihak keamanan Yampid hanya berhasil menahan I.M.
Jaksa Agung belum mau berkomentar banyak soal kejadian ini. Kepala Penkum Kejaksaan bahkan mengaku belum mendapat informasi terkait peristiwa yang terjadi di Jampidsus Febri Adriansyakh.
“Saya benar-benar tidak mengerti. Sejauh ini saya belum mendapat informasi yang jelas,” kata Kepala Kejaksaan Agung Ketut Sumedana, Jumat (24/5/2024).
Sejauh ini Ketut hanya melaporkan Jampidsus Febri Adrianius dalam kondisi baik. Namun Kejaksaan Agung kini memperketat pengamanan saat memeriksa kasus besar.
“Tidak ada yang salah dengan Jampidsus. Dia disana. Ini bukan masalah. Tidak ada apa-apa. Itu normal. Semuanya berjalan seperti biasa. (Meningkatkan) keamanan adalah hal yang lumrah ketika banyak kasus yang tertunda,” kata Ketut. Selasa yang buruk
Ia tak hanya dilecehkan oleh anggota Densus 88 Mabes Polri. Kerusuhan juga terjadi di Kejaksaan Agung Jakarta pada Selasa malam (21/5). Pada awalnya, hari Selasa tidak berbeda.
Seusai Ashar dan menjelang Maghrib, masih ada waktu bagi staf Reserse Khusus Kejaksaan Agung untuk menginformasikan perkembangan kasus tersebut kepada berbagai media.
Saat itu, pejabat tinggi Wakil Jaksa Agung Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Febri Adriansiach didampingi Direktur Penyidikan dan Kasubdit Tipikor dan Pencucian Uang menjawab sejumlah pertanyaan.
Candaan masih diselingi tanya jawab sehingga menciptakan suasana hangat. Terkadang mereka tertawa. Santai, tidak tegang sama sekali. Setelah selesai wawancara, mereka kembali ke gedung.
Sekitar pukul 19.00 WIB suasana berangsur mencekam. Beberapa petugas keamanan terlihat bergerak menuju kamp di depan Kejaksaan Agung Karthik. Mereka serempak mengatakan bahwa ada drone yang baru saja lewat.
Namun identitas drone tersebut belum diketahui karena serangan hanya berlangsung beberapa detik. Awak televisi drone kemudian disiagakan. Empat pria berbaju hitam dengan perlengkapan drone shooting tampak siap dari pinggir lapangan dekat parkiran gedung induk.
Tak berhenti sampai di situ, rupanya beberapa petugas keamanan Kejaksaan Agung yang menjaga pintu belakang (Jalan Bulungan) mengenakan rompi hitam. Di depan gerbang dalam, tidak seperti hari-hari biasa, ada dua mobil polisi militer.
Keamanan di kompleks Kejaksaan Agung juga ditingkatkan dengan penambahan personel dari berbagai pangkalan militer. Beberapa personel tambahan mengenakan seragam tugas harian Korps Marinir.
Kemudian sekitar pukul 22.40 WIB, empat mobil berwarna hitam yang diduga Brimob melaju melewati pintu gerbang Kejaksaan Agung di Jalan Bulungan. Mereka berhenti sejenak dan menyalakan lampu kilat.
Kejadian ini serupa dengan malam sebelumnya, Senin (20/5). Saat itu, sekitar pukul 23.00 WIB, rombongan kendaraan Brimob (Raisa) dengan sepeda motor melintas di depan Gedung Kejaksaan Agung dan membubarkan massa.
Kejadian ini diabadikan dalam video rombongan berhenti di depan gerbang Kejaksaan Agung. Namun pengamanan tidak diperketat malam itu.
Pada Selasa (21/5/2024), begitu empat mobil diduga Brimob lewat, kedua mobil PM yang semula terparkir di dalam gerbang langsung bergerak keluar gerbang. Peningkatan keamanan juga terlihat diterapkan oleh berbagai elemen termasuk Polsek Kebayaran Baru.
Sebab, mobilnya terparkir di pinggir jalan depan gerbang Kejaksaan Agung. Malam itu, puluhan anggota berseragam terlihat berparade di sekitar Jalan Bulungan.
Kemudian Jaksa Agung menyampaikan pendapatnya atas kejadian malam itu. Menurut dia, peningkatan pengamanan merupakan hal yang lumrah ketika Kejaksaan Agung menangani suatu kasus penting.
Diketahui, kini Kejaksaan Agung tengah mengusut sejumlah kasus korupsi yang merugikan negara dan disinyalir bernilai besar. Kasus-kasus tersebut antara lain korupsi timah, impor gula, emas, dan sebagainya.
“Peningkatan pengamanan adalah hal yang lumrah. Kita sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Kita perlu meningkatkan eskalasi pengamanan,” kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Ketut Sumedana.
Sementara terkait drone yang terbang di atas gedung Kejaksaan Agung sebelum disiagakan oleh awak TV, Ketut mengatakan hal tersebut merupakan kejadian biasa.
“Mungkin drone itu melakukan beberapa putaran, itu biasa bagi kami. Itu urusan pemerintah atau pelayanan publik. Keamanan harus baik,” ujarnya.
Ketut enggan berkomentar mengenai kasus penting apa yang ada dalam pikirannya sehingga membuat Kejaksaan Agung meningkatkan pengamanan. Ia juga membantah adanya kaitan peningkatan pengamanan dengan peristiwa Jampidsus Febri Adriansiach.
Sebelum berita ini dimuat, belum ada keterangan resmi dari pihak Kepolisian Negara. Tribune mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada Jampidsous, dan saat itu terjadi Selasa yang menegangkan di area sekitar gedung kejaksaan agung.
Namun tidak ada satupun yang dihubungi, mulai dari Kabag Humas Polri, yang merespons. Pesan singkat yang dikirim memiliki dua tanda centang berwarna biru yang menandakan telah dibaca, namun tidak ada tanggapan terhadap pesan tersebut. Begitu pula saat dihubungi melalui telepon, pihak Mabes Polri tidak ada yang menjawab. (Jaringan Tribune/aci/wly)