Ancaman Penyakit Mengintai, BPOM Ingatkan Masyakat Pilih Pangan yang Aman

Laporan jurnalis Tribunnews.com Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengingatkan masyarakat untuk memilih makanan yang aman untuk dikonsumsi.

Himbauan tersebut tidak lepas dari bahaya pangan yang mengandung berbagai zat berbahaya dan beredar bebas di masyarakat.

“Kami mengajarkan masyarakat untuk memilih makanan yang aman. “Pangan tersebut telah kami evaluasi aman dan mendapat izin edar dari Badan POM yang menyatakan tidak menggunakan bahan tambahan pangan yang berbahaya bagi konsumsi manusia,” kata Pj Kepala BPOM Rizka Andalucia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu. 7/). 2024).

Menurut Rizka, Indonesia saat ini sedang diwaspadai berbagai penyakit akibat makanan yang mengandung berbagai zat berbahaya. 

Menurutnya, tren ancaman penyakit di Indonesia sudah mulai beralih dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.

Salah satu penyebab terjadinya penyakit ini adalah merebaknya pangan yang tidak aman di masyarakat.

“Saat ini sudah terjadi peralihan penyakit menular ke penyakit tidak menular di Indonesia, dan kita semua tahu bahwa pangan yang tidak aman menjadi salah satu penyebab penyebaran penyakit tidak menular,” kata Rizka.

Rizka mengatakan, banyak makanan yang beredar mengandung berbagai zat berbahaya. Salah satunya adalah zat karsinogen yang dapat meningkatkan risiko penyakit kanker pada manusia. 

“Mulailah dengan suplemen makanan berbahaya yang bersifat karsinogenik dan berbahaya bagi kesehatan kita,” kata Rizka.

Alasan imbauan Rizka adalah meningkatnya kasus penyakit akibat makanan olahan.

Salah satu kasus terbaru adalah keracunan massal yang menimpa 16 siswa SDN Cidadap I di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi pada Mei lalu.

Siswa mengalami pusing, mual, dan muntah setelah membeli jajanan Hot Spicy Latiru dan Latioo Strips dari Tiongkok. Berdasarkan hasil penelitian laboratorium 

Jajanan dari Klinik Kesehatan dan Kesehatan Daerah (Labkesda) Kabupaten Sukabumi mengandung bakteri mikrobiologi di atas batas aman yaitu 11.727 koloni per gram.

Kandungan tersebut melebihi persyaratan Peraturan Manajer BPOM No. 16 Tahun 2016 tentang kriteria mikrobiologi pangan olahan yaitu 10.000 sampai 100.000 koloni per gram.

Kejadian serupa juga terjadi di Sukabumi, dimana 28 pelajar Sukabumi keracunan pada Februari lalu setelah memakan jajanan merek Daya. 

Usai menyantap jajanan khas Cina tersebut, puluhan siswa SDN Nangewer dan MI Nangewer mengalami mual bahkan hingga pingsan. Atas kejadian tersebut, polisi pun menangkap seorang penjual makanan ringan.

Tiga jajanan yaitu Hot Spicy Latiru, Latio Strips dan Daya Latio Rib merupakan jajanan asal Tiongkok. Berdasarkan penelusuran di website LPPOM MUI, ketiga jajanan tersebut tidak ada yang terdaftar bersertifikat halal.

Meskipun Indonesia tidak bisa menangani makanan tidak aman dari Tiongkok, Singapura selangkah lebih maju dalam mencegah makanan Tiongkok yang tidak aman. 

Pada Mei 2024, Badan Pangan Singapura (SFA) membatalkan impor produk kacang tanah buatan Tiongkok dengan merek Xiyuguoyuan Xinjiang Paper Roasted Walnut dalam kemasan 500g dan 1kg. Produk yang ditarik kembali mengandung pemanis buatan siklamat dan acesulfame-K di atas batas aman.

Dalam beberapa dekade terakhir, makanan asal Tiongkok kerap menjadi sorotan karena berulang kali ditemukan kandungan bahan kimia di dalamnya. Salah satu berita utama adalah skandal susu Tiongkok pada tahun 2008. 

Saat itu, banyak bahan kimia melamin yang mengandung melamin dari berbagai perusahaan susu. Peristiwa ini memakan korban 300.000 orang, 54.000 di antaranya dilarikan ke rumah sakit dan enam anak meninggal karena gagal ginjal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *