TRIBUNNEWS.com – Analis militer Channel 13 Israel, Alon Ben David, mengatakan desakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk tetap berada di Koridor Philadelphia dan poros Netzarim sebenarnya telah menyebabkan konflik regional yang lebih besar, serta perang tanpa akhir di Gaza.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan surat kabar Maariv Israel, Ben David juga mengatakan sikap Netanyahu akan terus memblokir semua perjanjian pertukaran tahanan dengan gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
Ia kemudian menekankan bahwa ancaman yang lebih besar terhadap Israel datang dari “dalam”, bukan dari Hizbullah atau Iran.
Ancamannya, kata Ben David, adalah kehadiran “kaum anarkis sembrono dalam pemerintahan” yang telah berubah menjadi mekanisme yang terorganisir.
Kehadiran kelompok ini, lanjutnya, bertujuan untuk membongkar institusi yang tidak memenuhi keinginannya dengan terus menyerang Israel Defense Forces (IDF), Mossad dan Shin Bet, lapor Al Mayadeen.
Ben David berpendapat, “jika tanggal 7 Oktober 2023 adalah awal dari perpecahan Israel dan pemicu perang dengan seluruh wilayah sekitarnya, maka alih-alih berdoa agar hal itu segera berakhir, mereka (kaum anarkis) malah melakukan segala cara untuk mempercepat ( perang regional).
Ia juga meminta pasukan keamanan untuk “tidak diam-diam mengatakan apa yang perlu dikatakan.”
“Angkat suara Anda untuk membuat komunitas Israel sadar akan situasi saat ini,” tambahnya.
Di akhir pernyataannya, Ben David berkata: “Minggu ini, Netanyahu memilih untuk melanjutkan perang di semua lini.”
“Seperti biasa, baik dia maupun siapa pun di keluarganya tidak akan menanggung akibat dari pilihannya. Kami (rakyat Israel) akan menanggung akibatnya,” tutupnya. Israel berada di persimpangan jalan
Dalam pernyataan yang sama, Ben David juga menyebutkan bahwa Israel kini berada di persimpangan jalan.
Mayoritas warga Israel, kata Ben David, melihat Israel “jatuh ke dalam jurang maut” karena banyaknya laporan kematian IDF dalam perang yang tak ada habisnya.
Namun, masyarakat Israel memilih mengabaikan hal tersebut dan tetap menjalani kehidupan seperti biasa.
“Ini seperti menyaksikan kecelakaan mobil,” katanya.
“Kami (Israel) telah mendekati pertigaan selama dua bulan terakhir. Belok kanan akan membawa kita pada perjanjian pertukaran sandera dan diakhirinya perang di Gaza, serta kemungkinan perjanjian di Utara (dengan Lebanon) ) dan wilayah lainnya.”
“Tetapi berbelok ke kiri menyebabkan ditinggalkannya sandera Israel dan perang regional berskala besar,” jelas Ben David. Puluhan tentara IDF menolak kembali ke Gaza
Sebelumnya, lembaga penyiaran publik Israel, KAN, melaporkan 20 tentara Israel dari brigade infanteri menolak kembali berperang di Gaza.
Dalam laporannya, Rabu (28/8/2024), KAN mengungkapkan puluhan prajuritnya akan menghadapi pengadilan militer jika tidak menuruti perintah atasannya.
Sepuluh di antaranya mendapat surat pemberitahuan pada Selasa (27/8/2024) tentang ancaman pengadilan militer.
Beberapa tentara Israel menyatakan bahwa, setelah 10 bulan berperang di Gaza, mereka mengatakan tidak dapat kembali tetapi bersedia menerima tugas lain.
Laporan serupa mengenai krisis militer juga muncul dari batalyon tambahan di brigade lain yang juga bertempur di sektor infanteri, lapor Anadolu Ajansi.
Keluarga puluhan tentara Israel yang menolak kembali ke Gaza mengatakan, anak-anak mereka dipaksa dan diancam penjara jika tidak setuju.
Keluarga mengatakan ancaman tersebut “tidak dapat diterima”.
Keluarga tersebut menambahkan: “Hanya beberapa tentara yang cakap yang tersisa di unit (putra) mereka.”
Oleh karena itu, momen ini dijadikan pertimbangan oleh keluarga militer Israel untuk membantu anak-anak mereka menghadapi sistem yang “tampaknya tidak mempedulikan situasi mereka”.
Sebagai tanggapan, juru bicara militer Israel mengatakan para pemimpin militer “bekerja keras untuk mendukung dan membantu tentara dalam melaksanakan berbagai tugas operasional mereka.”
“Tidak ada tindakan hukuman, termasuk ancaman penjara, yang akan diambil terhadap tentara tersebut,” tambahnya.
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, secara teratur melaporkan tentara Israel tewas atau terluka dalam operasi besar di Gaza.
Para pejabat Israel telah berulang kali menyatakan bahwa pasukan Israel terlibat dalam pertempuran sengit dengan pejuang di Palestina dan harus membayar mahal.
Menurut update terbaru dari situs militer Israel pada hari Rabu, jumlah korban Israel sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 704 perwira dan tentara, termasuk 339 sejak dimulainya invasi darat Israel di wilayah tersebut. tanggal 27. di bulan yang sama. Jumlah perwira dan tentara yang terluka sejak dimulainya perang mencapai 4.398 orang, dan 2.262 di antaranya terluka sejak awal invasi darat.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)