Amnesty International Sebut Pengamanan Aparat Skala Besar di Gelaran MotoGP Mandalika Berlebihan

Laporan reporter Tribunnews.com Rahmat W Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Amnesty International Indonesia menyebut telah terjadi pengerahan aparat keamanan dalam jumlah besar terkait balapan MotoGP di sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat. 

Osman Hamid, Sekretaris Jenderal Amnesty International Indonesia, mengatakan pasukan keamanan kewalahan. 

“Setiap kali ada event internasional, negara selalu mengambil sikap over-security dan anti-protes. Kali ini, balapan MotoGP di Sirkuit Mandalika dikerahkan ribuan petugas keamanan dengan water canon dan gag car.” Usman Hameed mengatakan kepada Tribunnews.com melalui keterangan tertulis, Jumat (27 September 2024). 

Dia menambahkan, protes publik dan pemasangan spanduk juga dilarang selama MotoGP.

Usman mengatakan, tidak ada undang-undang yang melarangnya menyampaikan aspirasinya di depan umum.  

“Pengamanan yang berlebihan ini menunjukkan bahwa negara terus membungkam suara-suara kritis, terutama masyarakat adat lokal yang wilayahnya terkena dampak langsung dari pembangunan Kawasan dan Sirkuit Ekonomi Khusus Mandalika,” jelasnya. 

Usman Hameed mengatakan masyarakat yang terkena dampak telah berulang kali menyampaikan aspirasi dan tuntutan keadilan atas pelanggaran hak-hak mereka. 

Termasuk hak atas tanah dan penghidupan yang layak. 

Namun Usman Hamid mengatakan, ada respons terhadap sikap diam, pengabaian, dan intimidasi melalui pengerahan pasukan keamanan.  

“Kami menyerukan kepada pemerintah dan pihak berwenang di NTB untuk segera menghentikan semua pembatasan kebebasan berekspresi masyarakat,” katanya. “Tindakan represif seperti itu hanya akan memperdalam luka sosial dan jauh dari prinsip penghormatan terhadap hak asasi manusia.” 

Usman mengatakan event internasional seperti MotoGP harus menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmennya dalam menghormati hak asasi manusia dan keadilan sosial. 

Tidak ada ruang untuk mengekang kebebasan berekspresi dan membungkam aspirasi masyarakat. Untuk meredam protes warga Lombok

Menurut sumber terpercaya Amnesty International di Lombok, terjadi pengerahan besar-besaran aparat keamanan di sekitar sirkuit Mandalika jelang balapan internasional MotoGP yang dijadwalkan pada 27-29 September 2024. 

Aparat keamanan bersenjata lengkap dengan meriam air dan kendaraan Gagana dikerahkan di tenda keamanan antara pemukiman warga dan Sirkuit Mandalika. 

Pada tanggal 24 hingga 30 September 2024, Polda NTB mengerahkan 2.736 personel gabungan Polri dan TNI untuk melancarkan Operasi Mandalika Gattari. 

Selain itu, tambahan 300 personel dari Mabes Polri dan Polda Jatim dikerahkan untuk memperkuat keamanan. 

Kapolda NTB juga mengeluarkan Surat Keputusan Nomor MAK/2/IX/2024 yang salah satunya melarang masyarakat mengibarkan spanduk atau menggelar aksi unjuk rasa saat ajang MotoGP. 

Ribuan personel keamanan polisi dan TNI akan dikerahkan setiap saat untuk menjaga keamanan balapan MotoGP Mandalika yang akan digelar setiap tahun mulai tahun 2022 dan seterusnya.

Pengamanan tambahan ini dikerahkan di kawasan pemukiman dengan mendirikan tenda dan pos pengamanan di perkampungan dan sekitar pemukiman.  

Sumber Amnesty juga menyebut Sirkuit dan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika telah membawa banyak permasalahan bagi masyarakat terdampak di 15 desa di lima desa. 

Ada empat permasalahan terkait sengketa pertanahan: ketika warga tidak membayar tanah sama sekali, ketika tanah diukur ulang, tanahnya terlalu luas, yang biasa disebut sisa pembayaran tanah, dan ketika tanah baru dibayarkan hanya sebagai uang muka. . dan pembayaran tanah yang salah. 

Banyak proyek infrastruktur berskala besar yang merupakan bagian dari proyek strategis nasional telah memberikan dampak besar terhadap kehidupan masyarakat lokal, termasuk masyarakat adat yang haknya atas tanah, budaya, dan kearifan adat seringkali diabaikan.  

Sementara itu, masyarakat adat yang menentang pemerintah saat memperjuangkan hak-hak mereka dalam konflik pertanian telah berulang kali menghadapi serangan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *