Amnesty International Indonesia Nilai Perlu Diusut Polisi yang Merangkul Pelaku Pembubaran Diskusi

Laporan jurnalis Tribunnevs.com Rahmat V Nugraha

TRIBUNNEVS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menanggapi serangan sekelompok orang terkait aksi unjuk rasa dan diskusi damai yang terjadi pekan lalu. 

Perlu diketahui, kelompok orang ini terekam menyerang kebebasan sipil yang dilindungi undang-undang. Diantaranya adalah Global Climate Strike Peace Action pada tanggal 27 September dan diskusi Homeland Forum pada tanggal 28 September di Jakarta. 

“Dalam sepekan terakhir, masyarakat menyaksikan sikap polisi yang tidak profesional.” Polisi sepertinya merestui tindakan sekelompok orang yang main hakim sendiri. “Dengan menggunakan cara kekerasan, kelompok tersebut menyerang aksi unjuk rasa damai dan pertemuan damai dengan hukum,” kata Usman Hamid dalam keterangan tertulisnya kepada Tribunnevs.com, Senin (30/09/2024). 

Ia menegaskan, tindakan tersebut merupakan serangan terhadap kebebasan sosial. Serangan ini jelas tidak adil dan tidak tepat sasaran.

“Di saat seperti ini masyarakat membutuhkan kehadiran aparat keamanan dan penegak hukum untuk melindunginya dari aksi main hakim sendiri, kelompok orang yang tidak bertanggung jawab,” jelasnya.

Apalagi, aparat, kata Usman Hamid, terlihat berada di lokasi kejadian dan seolah membiarkan saja. Menurutnya, hal itu sama saja dengan menyetujui perbuatan melawan hukum. 

“Polisi harus bertanggung jawab melindungi warga negara yang berhak menyampaikan pendapat secara damai.” Apakah polisi tampaknya melindungi para penyerang minggu lalu? Siapa yang berada di balik serangan terhadap pertemuan dan ekspresi damai? 

Ia menjelaskan, konstitusi Indonesia dan undang-undang lainnya menjamin warga negaranya untuk menikmati hak asasi manusia, termasuk kebebasan sipil seperti hak berkumpul dan berekspresi. Serta kebebasan sosial seperti bercocok tanam dan menikmati hasilnya. 

“Hal ini juga dijamin oleh hukum internasional. Tindakan intimidasi seperti itu tidak bisa dibiarkan begitu saja,” ujarnya. 

Atas kejadian tersebut, pihak mempersilakan Kapolri mengusut tuntas dalang dan seluruh pelaku aksi intimidasi dan kewaspadaan tersebut. 

Kapolri harus memastikan tindakan hukum yang tegas, terutama terhadap pelaku balas dendam, ujarnya. 

Ia kemudian meminta adanya penyelidikan dari pihak kepolisian yang bukannya mencegah dan menindak pelaku intimidasi, malah cenderung mengabaikannya. Mereka malah berpelukan dan berjabat tangan, seperti terlihat dalam insiden sabotase di acara diskusi Forum Dalam Negeri.

“Kami juga mengundang Komisi III DPR RI untuk mengevaluasi secepatnya kinerja pimpinan kepolisian Jenderal Listjo Sigit Prabov secara keseluruhan”. Evaluasi sangat penting agar negara-negara serius dalam melindungi hak asasi manusia secara keseluruhan.”

Aksi damai di Jakarta hingga tidak diketahui membubarkan perbincangan 

Dua aksi demonstrasi damai yang digelar di Jakarta pada 27 dan 28 September 2024 diganggu oleh sekelompok orang tak dikenal dengan cara yang represif dan menakutkan. Ironisnya, kedua kejadian tersebut disaksikan langsung oleh petugas polisi yang sedang bertugas.

Serangan pertama terjadi pada Global Climate Strike atau Global Climate Break yang dimulai di Taman Menteng pada Jumat sore, 27 September 2024. Aksi ini merupakan gerakan non-partisan dan dipimpin oleh generasi muda dengan metode aksi non-kekerasan untuk mengangkat isu perubahan iklim.

Banyak video yang dipantau Amnesty dan informasi dari Jakarta Global Climate Strike Coalition menunjukkan, pada pukul 13.30 VIB, sekelompok orang tak dikenal mengambil alat peraga aksi, antara lain boneka Raja Jawa, poster, spanduk, dan pengeras suara milik penyelenggara aksi. .

Massa aksi yang belum memulai acara kemudian melakukan protes kepada sekelompok polisi yang berkumpul di dekat lokasi kejadian karena tidak mengambil tindakan atas kejadian tersebut.

Kemudian, saat aksi damai berlangsung di Jalan Sudirman pada pukul 14.00 VIB, massa aksi dikepung oleh sekelompok orang tak dikenal yang kembali mencuri spanduk, poster, dan pengeras suara massa aksi sambil berkali-kali meneriakkan kata “Hancur!” , polisi yang berjaga di dekat pengunjuk rasa membiarkan kejadian tersebut terjadi meski beberapa pengunjuk rasa berteriak minta tolong kepada polisi.

Pada pukul 15.00, polisi VIB bahkan meminta para pengunjuk rasa bubar karena kondisi yang tidak memungkinkan dan mereka mengaku kekurangan personel. Demonstrasi tetap melanjutkan acara meski di tengah suasana menakutkan.

Aksi represif serupa kembali terjadi pada acara diskusi Homeland Forum (FTA) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu, 28 September 2024. Diskusi tersebut merupakan forum dialog antara diaspora Indonesia dan para pemimpin nasional mengenai isu-isu nasional. . Beberapa individu yang hadir antara lain Refli Harun, Abraham Samad, Said Didu, M.Din Siamsuddin, Rizal Fadhilah dan Sunarko.

Namun acara tersebut disabotase oleh penyerangan sekelompok orang tak dikenal yang sebagian besar mengenakan masker.

Rekaman video yang diperoleh Amnesty menunjukkan mereka menyerbu ruang rapat sambil merusak panggung, merobek latar belakang dan merusak dudukan mikrofon.

Mereka juga menyerang secara verbal peserta dan penyelenggara diskusi sambil meneriakkan “bubar!” Tak lama kemudian, ia meninggalkan lokasi dengan didampingi sejumlah petugas polisi.

Sayangnya, polisi yang berada di dekat tempat itu justru membiarkan kejadian tersebut terjadi. Polisi tidak menghentikan kelompok sabotase atau menangkap mereka di lokasi kejadian.

Bahkan ada beberapa polisi berseragam yang terlihat berjabat tangan dan memeluk perwakilan rombongan di depan gerbang hotel usai kejadian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *