TRIBUNNEWS.COM – Slogan “Semua mata tertuju pada Rafah” bergema di semua platform siber.
Asal usul slogan tersebut pun menarik perhatian publik.
“Semua mata tertuju pada Rafah” dibagikan oleh banyak pengguna media sosial ketika pasukan Israel melanjutkan operasi mereka di kota Rafah, sebuah daerah yang disebut-sebut sebagai zona aman bagi pengungsi perang.
Penggunaan slogan “Semua Mata tertuju pada Rafah” merupakan bagian dari kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan perang yang sedang berlangsung di Gaza oleh para aktivis dan kelompok kemanusiaan, yang dikutip oleh Forbes.
Sejauh ini, slogan “Semua Mata Tertuju Rafah” telah dibagikan lebih dari 29 juta kali di Instagram, dalam waktu kurang dari 24 jam.
Tenda-tenda di lokasi pengungsian tertata rapi dengan tulisan slogan di bagian bawah: “Semua mata tertuju pada Rafah.”
Slogan “Semua mata tertuju pada Rafah” dengan gambar bendera Palestina berwarna hitam, merah putih, dan bangunan yang hancur juga dibagikan di Instagram Stories.
Ada pula slogan lain “Semua mata tertuju pada Rafah” yang menggambarkan warga Gaza menangis sambil menggendong anggota keluarganya.
Israel melancarkan dua kali serangan ke Rafah, pertama pada Minggu (26/5/2024) malam, kemudian Selasa (28/5/2024) kemarin, lapor Al Jazeera.
Israel menewaskan sedikitnya 45 orang dalam serangan itu, lapor The Cradle.
Jumlah total orang yang terluka sulit ditentukan.
Dari mana datangnya slogan “Semua Mata Tertuju Rafah”?
Slogan tersebut tampaknya berasal dari komentar yang dilontarkan oleh direktur Kantor Wilayah Pendudukan Palestina di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rick Peeperkorn.
Pada bulan Februari 2024, Peeperkorn mengatakan “Semua mata tertuju pada Rafah”, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta rencana evakuasi bagi warga Palestina yang bersembunyi di Rafah.
Pasalnya, Netanyahu mengklaim kota Rafah pernah digunakan kelompok militan Hamas sebagai benteng pertahanan terakhir yang tersisa.
Ungkapan Peeperkorn “Semua Mata Tertuju Rafah” dimaksudkan sebagai seruan kepada dunia agar tidak berpaling dari situasi di kota Rafah sementara Israel terus melancarkan serangannya, meski terdapat banyak warga sipil.
Organisasi dan kelompok lobi seperti Save the Children, Oxfam, American for Justice in Palestine Action, Jewish Voice for Peace dan Palestine Solidarity Campaign menggemakan slogan tersebut.
Slogan “Semua Mata tertuju pada Rafah” juga digunakan sebagai seruan protes di Paris, London, Belanda, New York, Los Angeles dan banyak tempat lainnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Instagram sendiri muncul sebagai saluran penting bagi jurnalis Palestina dan pro-Palestina untuk membicarakan situasi di Gaza.
Bahkan Meta, pemilik platform tersebut, berusaha membatasi distribusi konten terkait perang Israel-Hamas.
“Tren penerbitan ‘All Eyes on Rafah’ adalah sesuatu yang telah berkembang selama beberapa waktu,” kata konsultan media sosial dan analis industri Matt Navvarra, dikutip NBC News.
“Kami telah melihat banyak influencer dan selebriti mengikuti tren ini. Bukan hanya Instagram yang membagikan sentimen pesan ini,” lanjutnya.
Gambar tersebut juga tampaknya merupakan salah satu ikonografi aktivis viral pertama yang diciptakan oleh kecerdasan buatan (AI).
Senada dengan Navvarra, Marc Owen Jones, seorang profesor studi Timur Tengah di Universitas Hamad Bin Khalifa di Qatar yang mempelajari disinformasi, juga mengatakan bahwa gambar tersebut dihasilkan oleh AI.
Tanda-tanda bahwa gambar dihasilkan oleh AI antara lain gambar tidak terlihat fotorealistik, terdapat bayangan yang tidak biasa, dan bayangan pada gambar sangat lebar dan simetris – tanda pengulangan pola yang umum terjadi pada AI. Lihat foto asal muasal slogan “All Eyes on Rafah” yang banyak dibagikan jutaan orang di Instagram
Selain Instagram, slogan “Semua Mata Tertuju Rafah” juga tersebar di TikTok.
Tagar #AllEyesOnRafah pun menjadi trending topic.
Video terpopuler di TikTok tentang slogan #AllEyesOnRafah berasal dari penyanyi pop Palestina-Amerika Zach Matari, yang postingannya telah dilihat jutaan kali pada bulan ini.
Israel telah menghadapi kemarahan internasional sejak serangan hari Minggu terhadap kompleks Hamas yang menewaskan puluhan orang di Rafah, termasuk warga sipil.
21 orang lainnya tewas setelah serangan udara di “daerah kemanusiaan” di sebelah barat Rafah, kata AFP, meskipun militer Israel membantah terlibat.
Setelah serangan di Rafah pada hari Minggu, seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok tersebut tidak akan berpartisipasi dalam negosiasi gencatan senjata lebih lanjut di Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut pembantaian di Rafah sebagai “kesalahan tragis.”
“Meskipun kami berupaya untuk tidak merugikan pihak-pihak yang tidak terlibat, sayangnya kesalahan tragis terjadi tadi malam. Kami sedang menyelidiki masalah tersebut,” kata Netanyahu.
Serangan itu terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan Israel menghentikan serangannya terhadap Rafah.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)