Alexander Marwata Soal Capim KPK: Semakin Tidak Punya Hubungan Dengan Pejabat Tinggi Itu Lebih Bagus

Laporan reporter Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masa jabatan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2019-2024 atau jilid V akan segera berakhir.

Panitia Seleksi Calon Presiden KPK (Dewan Capim) pun segera dibentuk.

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata punya catatan untuk Pimpinan KPK buku VI.

Menurut Alex yang sudah dua periode menjabat Komisioner KPK, yang utama adalah pimpinan tidak memiliki hubungan dekat dengan pejabat tinggi.

“Dari delapan tahun menjadi sembilan tahun, pengalaman saya di KPK sebagai direktur, semakin tidak ada hubungannya dengan organisasinya atau berhubungan dengan pejabat tinggi lainnya, semakin baik bagi saya,” kata Alex. reporter di Gedung Merah KPK, Jakarta Selatan, Senin (13/5/2024).

Alex mengatakan, hal ini menjadi penting ketika Pimpinan KPK ingin menghukum berbagai pihak yang terlibat dalam tindak pidana korupsi.

Jika Pimpinan KPK punya kedekatan dengan oknum tertentu, Alex merasa enggan menindak pejabat tersebut.

“Ini pendapat saya pribadi. Para petinggi yang sebelumnya punya jaringan dengan pejabat lain, termasuk pengurus partai politik, mungkin akan merasa tidak nyaman jika menemui masalah,” ujarnya.

Meski begitu, lanjut Alex, selama menjadi Pimpinan KPK, ia tidak pernah menerima campur tangan pihak tertentu.

Sebab alur penanganan perkara di KPK bersifat sistematis.

“Contohnya dari penyidikan, penyidik ​​sudah mendapat cukup bukti lalu dihadirkan, dan penyidik ​​juga berpendapat bukti itu cukup kuat untuk [menyelidiki] sidik jari dan menetapkan dia sebagai tersangka, lalu jaksa. Sudah cukup bukti pastinya, kalau situasinya seperti itu, “Nggak mungkin pemimpinnya, hampir tidak mungkin bilang ‘berhenti’ karena melibatkan pihak tertentu, kan?” jelas Alex.

Selain itu, menurut Alex, Ketua KPK harus memahami proses bisnisnya. Bagaimana masalah korupsi merambah ke dunia usaha.

“Direktur Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus mengetahui proses bisnisnya, apa masalah korupsinya, bagaimana caranya, apa itu korupsinya, caranya apa dan lain sebagainya. Mereka perlu tahu, jika tidak, mereka akan tahu. Bisa ditipu kan,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *