TRIBUNNEWS.COM – Mauricio Pochettino sudah lama tidak turun dari kursi kepelatihan. Setelah mengakhiri hubungannya dengan Chelsea pada musim panas ini, Poch, sapaan akrabnya, kabarnya akan menjadi juru taktik timnas AS.
Rumor tersebut disampaikan pakar transfer pemain sepak bola Fabrizio Romano melalui akun media sosial pribadinya, Kamis (15/08/2024).
Mauricio Pochettino adalah pelatih baru Amerika Serikat (USMNT) yang memimpin Amerika Serikat menuju Piala Dunia 2026, tulis Fabrizio.
“Setelah menghubungi sejumlah pelatih, mantan pelatih Chelsea dan Tottenham itu menerima proposal dan proyek tersebut, menurut pemberitaan di AS tadi malam,” imbuhnya. Pelatih kepala Chelsea asal Argentina Mauricio Pochettino tersenyum saat dia tiba untuk pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Crystal Palace dan Chelsea di Selhurst Park di London selatan pada 12 Februari 2024. (GLYN KIRK/AFP)
Amerika Serikat akan menjadi tuan rumah ajang sepak bola paling bergengsi di dunia pada tahun 2026.
Oleh karena itu, mereka ingin tampil lebih baik dibandingkan saat mengikuti turnamen Copa America 2024 yang tersingkir dari babak penyisihan grup.
Pochettino kini menjadi pilihan ideal. Berpengalaman di Eropa dan menumbuhkembangkan serta mengembangkan pemain-pemain muda yang bisa menjadi andalan di masa depan.
AS tidak kekurangannya.
Namun, ada satu hal yang perlu dipelajari Pochettino jika menjadi pelatih Amerika Serikat.
Ini masalah budaya. Pochettino harus beradaptasi dengan sifat sepak bola Amerika, termasuk cara para pemainnya bermain sepak bola.
Hal tersebut ditegaskan mantan kiper AS, Tim Howard.
Sepuluh tahun lalu, Amerika Serikat dilatih oleh pelatih asing. Dia adalah Jurgen Klinsmann.
Jurgen Klinsmann ditunjuk melatih Amerika Serikat untuk persiapan Piala Dunia 2018.
Namun, misi tersebut gagal sebelum acara empat tahun tersebut.
Jurgen Klinsmann dipecat pada tahun 2016 setelah memimpin Tim Howard dan rekan-rekannya sejak tahun 2011.
Apa yang dibawakan Jurgen Klinsmann tidak sesuai dengan budaya Amerika Serikat. Ia dianggap tidak memahami pemain dan lebih mementingkan egonya sendiri.
“Saya berada di sana sebelum, selama, dan setelah masa jabatannya,” kata Tim Howard kepada Daily Mail tentang kepelatihan Jürgen Klinsmann.
“Saya menghabiskan 15 tahun di tim nasional, dan saya tidak ingat kapan ada perbedaan yang lebih besar antara pemain dan pelatih dibandingkan di bawah Jürgen,” katanya.
Jurgen Klinsmann menyesuaikan banyak hal, termasuk cara bicaranya yang kurang efektif.
“Dia banyak mengatur perjalanan tim. Dia ahli dalam retorika filosofis dan basa-basi. Tapi dia tidak bermain sepak bola sama sekali,” jelasnya.
“Dia mendikte kapan kita tidur dan kapan kita bangun. Dia memutuskan apa yang kita kenakan. Dia mengganti camilan manis kita dan menetapkan jam malam yang ketat.”
“Dia mencoba mengontrol pernapasan kami, dia juga menyuruh kami berlari dengan perut kosong di pagi hari.”
“Jurgen mencoba menemukan kembali permainan namun dia tidak mengajari kami banyak hal tentang sepak bola,” jelasnya. Juergen Klinsmann ()
Karena itu, Howard mengingatkan jika benar Poch akan mengambil alih kursi kepelatihan AS dari Gregg Berhalter, ia bisa beradaptasi dengan melepaskan egonya.
“Pahami pemain Amerika. Jangan egois. Setiap budaya punya nuansa berbeda-beda,” ujarnya.
Jadi para pemain sudah terdorong keluar dari zona nyamannya, tapi Anda harus belajar apa yang membuat orang bahagia, ujarnya.
Setelah Jurgen Klinsmann dipecat dari kursi kepelatihan, USMNT menunjuk pelatih lokal untuk melatih timnas AS.
(Tribunnews.com/Sina)