Aksi Terorisme Menurun, Anggota Komisi III DPR Minta BNPT Densus 88 hingga TNI Tetap Waspada

Reporter Tribunnews.com Chaerul Umam melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi III DPR RI Golongan PDIP I Wayan Sudirta mengatakan aktivitas teroris mengalami penurunan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pada periode 2019-2024. 

Faktanya, insiden teroris akan berkurang sebesar 56% pada tahun 2023.

Hal ini tidak lepas dari upaya penindakan dan pencegahan yang dilakukan oleh lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus 88 antiterorisme polisi, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Meski demikian, Wayan meminta pimpinan lembaga tersebut tetap waspada terhadap kemungkinan serangan teroris di Tanah Air. 

“Pencapaian tersebut tentunya patut kita banggakan dan sangat kita syukuri. Namun, kita tidak boleh lengah. kata I Wayan Sudirta kepada wartawan, Rabu (17 Juli 2024).

Wayan mengatakan kewaspadaan harus tetap dijaga karena kemungkinan terjadinya serangan teroris di Indonesia.

Dikatakannya, “Berdasarkan berbagai kejadian di masa lalu, kasus dan aksi terorisme yang berhasil dicegah atau ditanggulangi oleh BNPT dan lembaga lain seperti Densus 88, Polri dan TNI didasari oleh banyak faktor seperti kemiskinan atau ekonomi, ideologi, politik dan lainnya. katanya.

Wayan mengatakan aksi terorisme sangat menakutkan dan berdampak serius bagi masyarakat.

Oleh karena itu, pemberantasan terorisme tidak dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pemberantasan kejahatan biasa. 

Solusi tersebut juga mengedepankan upaya preventif dan kerja sama preventif yang tidak sebanding dengan upaya preventif konvensional.

Pendekatan yang tidak biasa ini terlihat pada kewajiban dan praktik hukum BNPT, ujarnya. 

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Terorisme, kata Wayan, mengatur bahwa BNPT terlibat dalam koordinasi kebijakan aksi nasional terkait seluruh program pemberantasan terorisme. 

Peran tersebut meliputi koordinasi program kesiapsiagaan nasional, deradikalisasi, kontra-radikalisasi, kerja sama internasional, dan koordinasi lembaga penegak hukum serta bantuan atau perlindungan korban.

Ia meyakini sejauh ini BNPT telah menjalankan perannya dalam pemberantasan terorisme.

Namun, masih ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian.

Pertama, interaksi BNPT dengan lembaga lain.

Menurut Wayan, koordinasi menjadi kunci utama keberhasilan BNPT.

“Peran BNPT dalam memantau dan mengkoordinasikan operasi pemberantasan terorisme harus diperluas. Wayan mengatakan, Komisi III DPR dalam berbagai pertemuan dengan pemerintah khususnya BNPT dan Polri mengingatkan kita akan peran BNPT dan interaksinya dengan lembaga daerah atau daerah lainnya.

Menurut Wayan, Pusat Penanggulangan Terorisme (FKPT) baik pusat maupun daerah serta masyarakat atau kelompok terkait lainnya harus memiliki peran nyata dan mempunyai kegiatan yang rutin atau terencana. “Terkadang, praktik-praktik ini tidak baik di beberapa daerah. Hal ini tentu saja menimbulkan kesenjangan dalam persiapan negara.

Kedua, dalam rangka memantau dan melaporkan kasus terorisme yang mengancam hak asasi manusia (HAM).

Wayan mengatakan hal ini akan selalu menjadi tema sentral dalam setiap rencana atau operasi pemberantasan terorisme di masa depan. Anggota Komisi III DPR RI I Wayan Sudirta saat mengikuti RDP Komisi III DPR RI bersama Sekjen MPR RI dan DPD RI dalam acara tersebut. Ruang Komisi Konferensi III, Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Kamis (8 Juni 2023). (DOK. DPR RI)

Menurutnya, undang-undang tersebut memberikan kebebasan besar dalam penuntutan dan publikasi kasus terorisme. Namun, pembuat kebijakan dan pelaksana harus sangat berhati-hati karena ada kekhawatiran bahwa hal ini akan bersifat politis dan menjadi celah dalam penegakan hukum.

Imparsialitas dan independensi harus diutamakan demi kepentingan umum agar tidak terjadi kesenjangan bantuan, serta harus ada kontrol individu dan anggota, terutama yang ada di lapangan, kata anggota DPR asal Bali itu.

Ketiga, dari segi kemauan menghadapi perkembangan teknologi dan informasi.

Wayan mengatakan, banyak permasalahan terkait teknologi, informasi, sistem informasi, dan infrastruktur di Internet Indonesia yang sangat rentan terhadap kerentanan, termasuk celah yang digunakan oleh kepentingan tertentu.

“Hal itu tentu menjadi kekhawatiran semua pihak dalam merencanakan serangan teroris di internet atau website,” ujarnya.

Keempat, tentang perkembangan kejahatan terorganisir yang bersifat fluktuatif, tidak dapat diprediksi, tidak dapat diprediksi, dan tidak dapat diprediksi.

Wayan mengatakan, hal ini diyakini juga mempengaruhi sifat atau perkembangan kejahatan teroris, ekstremisme, ekstremisme, dan kesenjangan ekstrem dalam masyarakat. 

Menurutnya, jenis kejahatan ini juga menyasar aspek terpenting masyarakat modern seperti ekonomi, keuangan, dunia maya, atau kesehatan, sehingga kecil kemungkinannya akan terjadi serangan teroris di wilayah tersebut.

Ia mengatakan, “Kejahatan saat ini menggunakan teknologi yang sulit dideteksi, seperti penggunaan enkripsi atau pencucian uang. “Hal ini tentunya mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan nasional yang lebih baik dan kesadaran negara yang lebih baik terhadap berbagai serangan yang dapat berkembang dan mengejutkan, termasuk kebijakan dan infrastruktur untuk menghadapi serangan teroris modern,” kata Wayan.

Kelima, globalisasi dan geopolitik.

Wayan mengatakan, dampak lingkungan dan politik global harus diperhitungkan guna memperkuat negara.  Warga Palestina berjalan di sepanjang jalan beton yang sekarang hancur dan menghancurkan bangunan setelah pasukan Israel mundur dari daerah Shujaiya, sebelah timur Kota Gaza, setelah serangan dua minggu, pada 11 Juli 2024, selama bentrokan antara Israel dan kelompok militan Hamas . kelompok itu telah pergi. – Badan Keamanan Gaza yang dipimpin Hamas mengumumkan pada 11 Juli bahwa 60 mayat ditemukan di distrik Shujaiya di Kota Gaza, yang telah dihancurkan oleh serangan Israel selama dua minggu. Israel mengatakan pihaknya telah menghentikan operasi terhadap militan Hamas di wilayah tersebut pada hari Rabu. (Foto oleh Omar AL-QATTAA/AFP) (AFP/OMAR AL-QATTAA)

Menurutnya, perang antar negara seperti Ukraina dan Rusia, perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat, konflik antara Palestina dan Israel, serta keberadaan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mungkin masih menjadi isu yang mengkhawatirkan menimbulkan ekstremisme, radikalisme, dan terorisme. 

Beliau melanjutkan: “Ketahanan harus dibangun secara berkelanjutan dan permanen agar masyarakat dapat diuji dari permasalahan kebencian dan propaganda yang sering dihadapi oleh Negara dan kebencian antar masyarakat itu sendiri serta pelanggaran hak. ”Juga cocok” untuk BNPT”, Wayan.

Di hari ulang tahun BNPT ke-14 tanggal 16 Juli 2024, Wayan mengatakan banyak masyarakat yang peduli dan mengapresiasi BNPT.

Dikatakannya, BNPT yang dibentuk pasca peristiwa teror Bali melalui Keputusan Presiden (Perpres) Nomor 46 Tahun 2010 telah mengalami berbagai perkembangan dan perkembangan serta menghadapi berbagai tantangan dan pengalaman dalam menangani kejahatan terorisme atau kegiatan lain yang terkait tes yang telah diinstal.

Menurutnya, kerja sama dalam menyelesaikan berbagai persoalan ke depan tetap penting mengingat BNPT juga lahir dari kerja sama TNI-Polri dan pihak lain yang berbeda. Sebab, tugas dan tanggung jawab BNPT berkaitan erat dengan lembaga dan keamanan nasional.

Dikatakannya, “Kemajuan dan perkembangan serta penetrasi berbagai sektor dalam deteksi dini kegiatan teroris menjadi permasalahan BNPT. Kehadiran BNPT akan menjadi tolok ukur masyarakat, terutama dalam meningkatkan kesiapsiagaan seluruh pihak yang berisiko terhadap terorisme.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *