TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Obligasi pemerintah disebut-sebut menjadi salah satu alat investasi yang bisa menjadi aset paling aman di masa krisis Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ir. Andreas Renard Widarto.
Melalui pidatonya yang bertajuk “Asymmetric Dynamic Portfolio Menggunakan Obligasi Pemerintah Sebagai Lindung Nilai dan Safe Haven Instrumen Ekuitas di Bursa Efek Indonesia,” Renard menyampaikan bahwa selain mampu melindungi nilai ekuitas, obligasi pemerintah dapat meningkatkan keuntungan dan risiko yang disesuaikan. . . Penampilan yang bagus. Disertasi ini mengantarkan Renard meraih gelar PhD di bidang Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
“Kami berharap penelitian ini dapat membawa instrumen obligasi pemerintah sebagai alternatif investasi yang dapat menjadi safe haven ketika kondisi pasar terjadi. Dengan berinvestasi pada instrumen obligasi pemerintah, masyarakat juga turut mendukung pembangunan dan perekonomian negara. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu lagi ragu untuk berinvestasi pada instrumen obligasi pemerintah, ujarnya dalam keterangannya, Selasa (28 Mei 2024).
Pria kelahiran 14 Desember 1990 ini menggunakan teknik analisis ADCC-GARCH (Asymmetric Dynamic Conditional Correlation – Generalized Auto Regressive Conditional Heteroskedasticity) yang belum pernah digunakan pada penelitian sebelumnya dengan topik yang sama.
Penelitian ini secara langsung membangun portofolio dinamis asimetris yang mencakup 10 seri obligasi pemerintah dan 10 saham penyedia dengan kapitalisasi pasar terbesar di setiap area perdagangan pada periode waktu yang berbeda.
Ia mengatakan, 8 dari 10 obligasi pemerintah yang diuji dalam penelitian ini terbukti mampu menghasilkan efisiensi lindung nilai di atas rata-rata efisiensi lindung nilai yang dihasilkan seluruh sampel yang diuji.
“Dari 10 saham penyedia dan kapitalisasi pasar yang diteliti dalam penelitian ini, BBCA terbukti memberikan perlindungan paling kecil jika didukung oleh serangkaian obligasi pemerintah, yang berarti BBCA memiliki risiko lebih kecil dibandingkan saham emiten lain. “Bagi investor saham dengan pilihan risiko rendah, BBCA dapat dijadikan pilihan untuk berinvestasi pada instrumen saham,” imbuhnya.