Aji Bramastra: Uji Kompetensi Wartawan Bukan Ajang untuk Naik Gaji atau Naik Jabatan

TRIBUNNEWS.COM – Tes Kualifikasi Jurnalis (UKW) sudah tidak asing lagi bagi para jurnalis. Manajer TribunSolo.com Aji Bramastra merupakan salah satu peserta UKW yang diadakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Solo pada 24-25 Mei 2024. Ia mengatakan UKW tidak memaksakan dirinya untuk mendapat promosi atau kenaikan gaji. Namun penting untuk membuktikan bahwa jurnalis kompeten dalam pekerjaannya.

“UKW tidak akan menerima kita untuk promosi atau kenaikan gaji. Tapi yang penting kita membuktikan sendiri apakah kita serius dengan pekerjaan ini atau tidak,” kata Aji usai menghadiri UKW yang digelar di Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (25/5). /25). 2024).

Seiring kemajuan teknologi, media cetak mulai bertransformasi menjadi media siber. Jika dulu jurnalis dicap sebagai jurnalis pencari berita yang bekerja di industri, kini tidak lagi demikian. Dengan munculnya media siber, muncullah pembuat konten. Di bawah payung perusahaan media yang sah, mereka mencari informasi dan menulis tanpa mengunjungi situs seperti kebanyakan jurnalis. Pemeriksaan sumber daya juga dapat dilakukan secara online. Lalu bagaimana jika kemampuan jurnalis “kantor” tersebut tidak dikembangkan?

Menurut Aji, banyak penulis konten yang meninggal karena pekerjaan kantoran. Menurut Anda, apakah mereka bekerja sebagai jurnalis atau pekerja kantoran? Hal ini jelas berbeda dengan apa yang sering didiskusikan oleh jurnalis lapangan dengan rekan-rekannya. Menurut Aji, UKW tempat berlangsungnya PWI Solo merupakan wadah para jurnalis saling bertemu dan berdiskusi.

“Kita jurnalis atau pekerja industri? UKW adalah salah satu cara bertemu dan berdiskusi dengan jurnalis. UKW merupakan kesempatan langka dan sangat berharga,” kata pria kelahiran Surabaya ini.

Tes kemampuan jurnalistik, kata Aji, membuktikan sebagian besar pesertanya adalah penulis konten yang bisa menjadi jurnalis yang baik di bidang tersebut. Mereka menunjukkan bahwa mereka adalah siswa sekolah menengah yang cakap.

Sejauh ini belum ada korelasi antara kelulusan UKW dengan kenaikan gaji atau status jurnalistik. Sebab peraturan pemerintah dan Dewan Pers tidak mewajibkan seorang jurnalis lolos UKW. Berdasarkan Peraturan Dewan Pers Nomor 1 Tahun 2010 tentang “Petunjuk Bagi Jurnalis”, tujuannya antara lain untuk menunjang kebebasan pers berdasarkan kepentingan umum, sebagai upaya untuk menunjang kehormatan dan harkat dan martabat jurnalis. jurnalistik. karya intelektual, mencegah penyalahgunaan kreativitas.

“Pertanyaannya apakah UKW penting untuk mengukur keperkasaan seorang jurnalis. Misalnya ada pekerja yang tidak ikut UKW, rasanya salah jika menilai dia kurang berkuasa dan berpengalaman dibandingkan mereka yang punya UKW,” Aji dikatakan.

Aji mengatakan, tidak ada aturan yang mengikat bagi UKW. Semua instruksi ada dalam instruksi Dewan Pers. Namun, ada sanksi moral yang berlaku bagi masyarakat.

“Tentu ada aturan bagi jurnalis untuk bergabung di UKW, namun tidak mengikat.

Aturannya adalah aturan Komite Pers. Aturan tersebut tidak mengikat karena tidak ada sanksi tegas jika jurnalis tidak mengikuti UKW. “Sanksi hanya sanksi moral,” jelasnya.

“Misalnya, jika di masyarakat terlihat jurnalis A belum memiliki sertifikat kualifikasi. “Tidak ada sanksi seperti denda, penjara, atau dikeluarkan dari perusahaan,” imbuhnya.

Setelah lulus SMA, Aji berencana mengikuti tes kecerdasan tingkat pertama.

Peserta UKW Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta, Jumat-Sabtu, 24-25 Mei 2024. Prihatin sekaligus gelisah menghadapi Ujian Kualifikasi Jurnalis (UKW). (PWI Surakarta)

Sementara itu, kontestan muda UKW Nopsy Marga Khandayani tak kuasa menahan rasa gugup saat mengikuti tes kebugaran. Dia malah ingin menangis dan keluar dari UKW. Wartawan The Mind of People awalnya tidak berniat bergabung dengan UKW. Dilengkapi dengan materi pra UKW sesuai dengan Undang-Undang Pers Republik Indonesia No. 40 Kode Jurnalistik (KEJ) Tahun 1999.

“Sebelum tes, saya santai saja, karena saya tidak tahu harus tes apa, ketika saya datang ke ruangan, mereka bilang rekan-rekan saya banyak pekerjaan, apalagi harus bekerja secara online. Saya langsung takut, ingin menangis dan ingin mundur,” kata Nopsy kepada Tribunnews saat berbagi pengalamannya, Selasa (28/5/2024).

Dia mengalami depresi sepanjang ujian. Juga mempekerjakan reviewer senior dengan pengalaman sepuluh tahun di dunia jurnalisme. Tapi Nopsy tidak lelah. Bahkan, Anda akan melihat hal-hal baik dari reviewer tersebut.

“Satu lagi, kita bisa menggunakan aturan yang tidak dapat dibagi-bagi (KEJ),” imbuhnya.

Seorang perempuan berjilbab menceritakan dua momen saat dirinya gugup saat mengikuti ujian jurnalistik. Pertama, peralatan jaringan. Ia meminta pengulas untuk menghubungi sumbernya. Saat itu, Nopsy tampak gelisah dan diminta menenangkan diri beberapa menit sebelum menelepon sumbernya. Kedua aplikasi mempertimbangkan area tersebut.

Kedua, penguji kaget karena materi saya tidak sesuai saluran dan ingin pulang. Dia menyarankan perubahan, tapi penguji tidak datang. Untung saja persyaratannya saya sesuaikan sesuai saluran, jelasnya.

UKW yang dilakukan PWI Solo kepada Nopsi sangat efektif baginya. Ia tak menyangka gaji dan statusnya akan bertambah dengan lolosnya UKW. Tes bakat dikenal sebagai persiapan memasuki dunia jurnalistik.

“Saya belum memikirkannya, karena UKW itu hak wajib bagi setiap jurnalis. Jadi saya anggap UKW ini hanya tawaran saya,” pungkas jurnalis Otak Rakyat.

Menurut Nopsy, kontestan termuda UKW tingkat menengah, Gilang Putranto mengaku senang bisa menguji kemampuannya.

Hal ini didukung dengan acara UKW rutin yang diadakan oleh PWI Pusat dan PWI Surakarta.

Wartawan Tribunnews.com menghadiri UKW yang diadakan PWI Surakarta sebanyak dua kali.

“PWI Solo membantu saya dengan masa muda UKW saya. Sekarang saya juga ikut jenjang menengah, bahkan gratis. Ini pendidikan yang berharga,” ujarnya.

UKW memecahkan rekor pribadi PWI

Diketahui UKW PWI Surakarta akan dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 24-25 Mei 2024 di Solo, Jawa Tengah. Kali ini, total peserta yang mengikuti tes kekuatan berjumlah 30 orang.

Rinciannya, 24 peserta di tingkat remaja dan enam peserta di tingkat menengah. Sebanyak 30 jurnalis di Solo dinyatakan lolos Uji Kualifikasi Jurnalis (UKW) yang dilakukan PWI Surakarta.

Jurnalis senior dan penguji UKW Hendro Basuki mengumumkan bahwa seluruh peserta dinyatakan lulus. Hendro mengapresiasi peserta yang ikut serta di Kota Solo.

“Setelah berpikir dan berpikir lalu berkonsultasi dengan para penguji, memang ada Solo!” kata Hendro, Sabtu.

Seluruh jurnalis yang hadir di UKW langsung meneriakkan informasi tersebut. Sebagai reviewer, dia tertarik dengan kemampuan kontestan mencetak gol tanpa humor.

Uji Kemahiran Pelapor yang dilakukan PWI Surakarta memecahkan rekor UKW yang paling cepat menerbitkan sertifikat dalam waktu satu jam setelah penutupan UKW.

(Tribunnews.com/Saradita)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *